literasi adalah fondasi dan daya dorong untuk lebih maju, serta lebih toleran
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Deni Kurniadi mengatakan pembangunan infrastruktur hendaknya harus diiringi dengan pembangunan sumber daya manusianya.

“Kecerdasan warga negara menjadi prasyarat utama dalam mencapai tujuan kemerdekaan bangsa Indonesia yang diperoleh antara lain dengan kemauan dan kemampuan belajar,” ujar Deni dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.

Di sisi lain, pemerintah mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi kegiatan belajar warga negaranya.

"Oleh sebab itu, tersedianya sarana belajar termasuk tersedianya perpustakaan yang baik, serta kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk belajar adalah tanggung jawab mutlak pemerintah,” terang dia.

Baca juga: Kemenkominfo-GNLD Siberkreasi luncurkan 58 buku literasi digital
Baca juga: Kemendikbudristek: IOI ajang tumbuhkan literasi dan kemampuan numerasi

Sebelumnya, UNESCO pada 8 November 2021 menobatkan Jakarta sebagai City of Literature atau Kota Sastra Dunia. Hal itu membuktikan betapa pentingnya pembangunan infrastruktur dan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara beriringan.

"Pembangunan yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta selama ini menjadikan Jakarta sebagai kota maju yang berfokus pada peningkatan kualitas manusia dalam pembangunan berkelanjutan," ujar Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria.

Bahkan, sebelum UNESCO menetapkan Jakarta sebagai Kota Sastra Dunia, lanjut dia, pada 27 Januari 2015, Jakarta telah memproklamirkan diri sebagai provinsi literasi pertama di Indonesia.

“Literasi kini telah mengglobal. Paradigmanya tidak sebatas pada kemampuan baca-tulis melainkan berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah. Literasi adalah fondasi dan daya dorong untuk lebih maju, serta lebih toleran menerima perbedaan orang lain, tambah dia.

Baca juga: Kredivo ajak orang tua muda edukasi digital anak sejak dini
Baca juga: Cara Hyundai Motor dan GNI dorong kesadaran literasi anak

Secara angka, Indonesia adalah negara dengan perpustakaan terbanyak kedua di dunia. Namun, realitanya masih banyak ditemukan perpustakaan yang menyediakan benda mati yang bernama buku tanpa dilengkapi kemampuan teknis pustakawan yang handal.

"Nah, mampukah pustakawan kita berperan sebagai inovator. Pustakawan yang menjadi teman diskusi atau bedah buku," kata penulis dan pegiat literasi Maman Suherman.

Anggota Komisi X DPR-RI, Himmatul Aliyah, mengatakan penting untuk tidak menjadikan perpustakaan sebagai benda mati, namun justru sebagai tempat bertukar pikir.

"Bagaimana kita berpikir tentang Indonesia Emas kalau masih menganggap perpustakaan itu tidak penting," terang Himmatul.

Baca juga: Wali Kota Jakarta Selatan gencarkan literasi dengan gandeng komunitas
Baca juga: Sekolah Don Bosco jalin kerja sama literasi dengan Finlandia
Baca juga: Dukung literasi keuangan, LPS dan KG Media gelar CreaVid Competition

 

Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022