Jakarta (ANTARA) - Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto mengingatkan proses rekruitmen polisi harus mengedepankan profesionalisme bukan berdasarkan rasa belas kasihan.

"Rekruitmen polisi juga harus tetap mengedepankan profesionalisme bukan belas kasihan," kata Bambang melalui pesan instan yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin, menanggapi pernyataan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo yang menawari anak korban tragedi Kanjuruhan masuk Polri..

Bambang menghargai niat baik yang disampaikan Kapolri, tetapi terlepas dari itu, pola pemberian janji-janji dan harapan seperti itu dinilai tidak proporsional dan tidak mendidik dengan cara yang benar.

Baca juga: Bocah yatim piatu akibat tragedi Kanjuruhan bercita-cita jadi polisi

Ia juga mengingatkan Polri bahwa hal terpenting yang dilakukan dalam menangani tragedi kemanusiaan itu adalah mengusut tuntas akar masalah.

"Yang terpenting saat ini adalah mengusut tuntas akar masalah penyebab kematian 125 orang pendukung Arema dalam tragedi Kanjuruhan," ujar Bambang.

Dihubungi terpisah, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Polisi Dedi Prasetyo mengatakan setelah insiden kericuhan di Stasiun Kanjuruhan Malang, Polri membentuk tim investigasi yang melakukan langkah-langkah penyelidikan dan penyidikan dalam mengusut tragedi tersebut.

Tim investigasi itu melibatkan Bareskrim Polri, Tim Laboratorium Forensik, Inafis, Inspektorat Khusus (Itsus) dan Propam, dan kedokteran polisi (Dokpol).

Baca juga: Bareskrim Polri periksa direktur LIB terkait tragedi Kanjuruhan

Ia menjelaskan tim investigasi dari Bareskrim Polri melakukan pemeriksaan sejumlah saksi-saksi, antara lain Direktur PT LIB, Ketua PSSI Jawa Timur, Ketua Panpel Arema, dan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Timur.

Kemudian tim dari Laboratorium Forensik Polri melakukan pemeriksaan dengan mendalami dan menganalisa 32 titik kamera pengawas CCTV serta Digital Voice Recorder (DVR), memeriksa dan menganalisis enam buah ponsel.

"Tiga dari enam ponsel ini teridentifikasi milik korban dan tiga ponsel ini lagi diproses karena menggunakan password (sandi pengaman)," kata Dedi.

Baca juga: Komnas HAM: Ada indikasi pelanggaran HAM saat kerusuhan Kanjuruhan

Selanjutnya, tim dari Inafis Polri bergerak membantu olah tempat kejadian perkara dan identifkasi korban bersama DVI dan mengidentifikasi terduga pelaku perusakan secara bersama-sama.

Sedangkan tim dari Itsus dan Propam Polri memeriksa anggota pengamanan pemegang senjata pelontar sebanyak 18 orang, serta pendalaman terhadap manajerial pengamanan yang bertugas di lapangan.

Untuk Dokpol terus memperbarui data-data korban. Hingga hari ini tercatat jumlah korban meninggal dunia dalam insiden Kanjuruhan sebanyak 125 orang, korban luka ringan 21 orang, korban luka berat 304 orang sehingga keseluruhan ada 455 orang.

"Langkah-langkah tim investigasi sesuai perintah Bapak Presiden langsung bekerja dipimpin Bapak Kapolri berkoordinasi dengan Menpora, ketua umum PSSI, Pemprov Jatim, dan fokopimda serta tim investigasi Polri," ujar Dedi.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2022