Moskow (ANTARA) - Rubel melemah atas dolar AS pada awal perdagangan Selasa, meskipun permintaan meningkat untuk mata uang lokal menjelang pembayaran pajak akhir bulan ketika Presiden Vladimir Putin bersiap untuk memperbarui elit politik dan militer Rusia pada konflik Ukraina.

Pada pukul 07.32 GMT rubel melemah 0,7 persen terhadap dolar menjadi diperdagangkan di 75,05, mendekati level terendah hampir 10 bulan di 75,30 yang dicapai pada Jumat (17/2/2023). Mata uang Rusia juga telah kehilangan 0,5 persen menjadi 80,04 versus euro dan turun 0,2 persen terhadap yuan pada 10,89.

Putin akan berpidato di depan anggota kedua majelis parlemen pada Selasa, hampir setahun sejak pengiriman puluhan ribu tentara ke Ukraina dalam sebuah langkah yang telah memicu konfrontasi terbesar dengan Barat sejak kedalaman Perang Dingin.

Rubel biasanya dalam permintaan yang lebih besar sebelum pajak akhir bulan jatuh tempo pada 28 Februari, ketika para eksportir biasanya mengkonversi pendapatan mata uang asing mereka.

"Pelemahan pada paruh pertama Februari sebagian besar terkait dengan pesimisme psikologis atas ekspektasi sanksi baru," kata Andrei Kochetkov, analis utama di Otkritie Research.

Namun demikian, harga minyak tetap tinggi dan rubel akan didukung oleh eksportir pada sepertiga akhir Februari, tambah Kochetkov.

Anggota Uni Eropa diperkirakan akan menyetujui paket sanksi ke-10 terhadap Rusia minggu ini.

Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, turun 0,8 persen menjadi diperdagangkan di 83,4 dolar AS per barel, sementara indeks saham negara itu bervariasi.

"Perputaran sangat kecil, meskipun pasar menguat, menunjukkan bahwa investor menahan diri dari tindakan mereka sampai pidato hari ini oleh V. Putin, sesi parlemen besok dan pengumuman sanksi baru," kata Sinara Investment Bank.

Indeks RTS berdenominasi dolar turun 0,1 persen menjadi diperdagangkan pada 920,4 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel terangkat 0,4 persen menjadi diperdagangkan pada 2.192,9 poin.

Data yang dirilis pada Senin (20/2/2023) menunjukkan bahwa ekonomi Rusia mengalami kontraksi 2,1 persen pada tahun 2022, penurunan yang jauh lebih rendah dari yang ditakutkan sebelumnya.

Bank-bank juga terbukti tangguh, dengan pemberi pinjaman sekarang berdesak-desakan untuk bisnis dari negara dan para pemain korporasi besar di negara itu.


Baca juga: Rubel perpanjang pemulihan dari posisi terendah 10 bulan atas dolar AS
Baca juga: Pejabat AS: Pengurangan produksi minyak Rusia menandakan tidak terjual
Baca juga: Balas pembatasan Barat, Rusia akan pangkas produksi minyak pada Maret

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023