Jakarta (ANTARA) - Bank Sampoerna mencatat penyaluran pinjaman secara langsung kepada UMKM pada kuartal pertama 2023 mencapai Rp1,4 triliun atau naik sebesar 81 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu karena menerima surat girik sebagai salah satu agunan.

“Hampir 40 persen dari pinjaman yang diberikan Bank Sampoerna merupakan pinjaman usaha secara langsung ke UMKM. Memperhitungkan pinjaman multiguna yang diberikan ke UMKM dan pinjaman ke institusi keuangan yang kemudian menyalurkannya ke UMKM, maka sesungguhnya sekitar 60 persen pinjaman yang disalurkan Bank Sampoerna dimanfaatkan oleh UMKM,” kata Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna, Henky Suryaputra  di Jakarta, Selasa.

Besarnya porsi pembiayaan UMKM yang mencapai Rp1,4 triliun dari total pinjaman yang telah disalurkan sepanjang tiga bulan pertama tahun 2023  Rp2,9 triliun, dijelaskan Henky karena strategi Bank Sampoerna yang memberikan pinjaman disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan UMKM. Salah satunya mempermudah syarat agunan dengan menerima surat girik atau jaminan rumah yang sertifikatnya bukan merupakan sertifikat hak milik (SHM).

“Menyadari berbagai keterbatasan UMKM, pinjaman yangkami berikan kami disesuaikan dengan kebutuhan UMKM seperti pinjaman rekening koran yang fleksibel waktu pencairan dan nilai cicilannya. Kami juga memahami kondisi UMKM dan dapat menerima jaminan rumah yang bukti kepemilikannya masih berupa surat girik, belum berupa sertifikat hak milik,” ucapnya.

Lebih lanjut Henky menuturkan strategi digitalisasi dan kolaborasi merupakan kunci perbankan dalam mendukung pemberdayaan UMKM dan pencapaian kinerja keuangan. Bank Sampoerna telah bekerja sama dengan lebih dari 40 perusahaan fintech, perusahaan multifinance, Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan institusi keuangan lainnya yang mendukung hadirnya ekosistem digital bagi UMKM.

Salah seorang pelaku UMKM yang mendapat dukungan pendanaan dan pembiayaan dari Bank Sampoerna yang disalurkan melalui KSP Sahabat Mitra Sejati adalah Nur Fadlan, pemilik Tahu Campur Ojo Lali Cak Bejo.

Saat ditemui  di kiosnya cabang Cibubur, Selasa, pria asal Lamongan, Jawa Timur yang akrab dipanggil Bejo itu mengaku telah mengalami pasang surut berjualan tahu campur sejak mulai berjualan pada tahun 1996 yang kala itu masih menggunakan gerobak di pinggir jalan. Kemudian pada tahun 2017, barulah ia memberanikan diri untuk mengambil pinjaman untuk menyewa ruko kecil untuk berjualan.

“Dulu itu pertama kali berani minjam Rp5 juta, mikirnya sampe enggak bisa tidur padahal angsuran masih kecil. Tapi kalau ini enggak berfikir maju, enggak mungkin, kalau kaki lima dibongkar. Ambilnya sedikit doang,” sebutnya.

Melihat perkembangan usaha yang meningkat cukup signifikan setelah memiliki tempat berjualan yang tetap, Bejo pun memantapkan diri untuk menjadi nasabah KSP Sahabat Mitra Sejati yang merupakan mitra strategis Bank Sampoerna.

Bejo mengaku persyaratan agunan berupa surat girik dan nilai cicilan yang fleksibel menjadi alasan utamanya menjadi nasabah tetap Bank Sampoerna. Jumlah pinjaman yang diajukan Bejo pun beragam, bahkan hingga mencapai Rp800 juta yang dimanfaatkannya untuk menambah cabang dan membangun ruko di sejumlah titik di Jakarta.

“Ini (KSP Sahabat Mitra Sejati) enak ini, kalau bisa (pinjam) sampe Rp4 miliar lah buat usaha lain. Yang penting konsisten berusaha, kalau merasa (masakan) enak orang seneng, enggak usah ragu ambil pinjaman buka cabang enggak usah canggung-canggung,” tutur dia.

Baca juga: Bank Sampoerna salurkan pinjaman Rp2,9 triliun kuartal I-2023
Baca juga: Bank Sampoerna salurkan pinjaman Rp10,1 triliun pada 2022
Baca juga: Bank Sampoerna bukukan laba bersih Rp26,8 miliar sepanjang tahun 2022
Baca juga: Bank Sampoerna salurkan 40 persen kredit ke UMKM


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023