Jakarta (ANTARA) - Perusahaan rekaman dan distribusi musik Sony Music Entertainment Indonesia (SMEI) resmi menempati lokasi baru pada lantai 2 The Veranda Building, CIBIS Park Business Center Jakarta Selatan, setelah sebelumnya bernaung di Wisma GKBI Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Pemilihan lokasi baru ini dianggap mewakili ekspresi dan semangat perusahaan yang membutuhkan adanya perubahan dari setiap masa dan generasi, baik untuk pekerja perusahaan, artist, maupun pencipta.

Selain itu, keputusan SMEI untuk memindahkan ruang kerja yang proses peresmiannya turut dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, juga berkaitan erat dengan kebutuhan penyegaran, agar ide-ide kreatif dapat terus mengalir sempurna.

"Kami butuh ruang baru yang mewakili orang kreatif, daripada hanya sekadar pekerja. Selain itu, kami berharap tempat baru ini bisa dirasakan oleh para seniman sebagai rumah mereka," buka Presiden Direktur SMEI Muhammad Soufan kepada ANTARA, Senin.

Pemilihan gedung baru, kata Soufan yang akrab disapa Muna, turut memberikan semangat dan gaya bekerja yang lebih luwes atau dinamis. Ia menambahkan, SMEI sengaja memilih lokasi di lantai gedung yang tidak terlalu tinggi agar memberikan kemudahan dalam setiap aktivitas.

Baca juga: Sony Music akuisisi katalog musik Bob Dylan

Baca juga: TikTok gandeng Sony Music perluas perpustakaan musik

"Kami nggak mau gedung tinggi. Sekarang ini enak, masih bisa lihat pohon-pohon. Secara psikologis, kalau gedung yang terlalu tinggi membuat letih juga, mau ngapa-ngapain repot, turun-naik. Dan itu sangat berpengaruh pada psikologis kerja dalam dunia kreatif," jelasnya.
Presiden Direktur Sony Music Entertainment Indonesia (SMEI), Muhammad Soufan, di lokasi kantor baru SMEI di CIBIS Park Jakarta, Senin (19/6). (ANTARA/Ahmad Faishal)


Di lokasi yang baru, SMEI menggarap ruang kerja sedinamis mungkin, agar dapat digunakan untuk setiap aktivitas yang mendukung lahirnya ide-ide kreatif. Bahkan, SMEI juga memiliki sebuah studio sendiri, sesuatu yang tidak ditemukan di kantor sebelumnya.

"Mau bikin konten di sini pun sangat oke, tinggal pilih saja dari 12 hektar yang ada ini. Alhamdulillah, ada space terpisah dari gedung utama yang bisa kami manfaatkan sebagai studio. Benar-benar pas," selorohnya.

Menginjak usia ke-25, Muna mengatakan bahwa SMEI tetap ingin menunjukkan eksistensi kepada industri musik Tanah Air dengan menarik segala macam genre yang dapat tercakup melalui sub-label yang mereka kembangkan selama ini.

Tanpa target yang terlalu muluk, jelas Muna, SMEI juga ingin memberikan wadah bagi generasi muda saat ini untuk dapat berkarya lebih nyaman.

"Sekarang ini era produktif Generasi Z. Karena itu, kami langsung mengubah banyak hal untuk bisa beradaptasi dengan kreativitas anak zaman sekarang. Berusaha untuk tidak berjarak dengan pekerja atau artist Generasi Z, agar hubungannya seperti teman, dengan tetap ada jenjang agar tidak kebablasan," katanya.

SMEI, jelas Muna, selama ini mencoba mempelajari apa yang dibutuhkan oleh seniman Generasi Z yang tercermin dari cara mereka membuat atau menciptakan lagu, serta lirik.

"Hal unik dari Gen Z adalah generasi depresi. Hal ini representable, mewakili apa yang mereka rasakan. Mereka membuat lirik tentang hal yang 'berdarah-darah' dan pasar pun menerima hal semacam itu. Kalau notasi cocok, tinggal dipoles dalam bahasa Inggris," katanya.

Muna juga menjelaskan soal pentingnya kenyamanan, tidak hanya dalam kaitan dengan bisnis pekerjaan, namun juga hubungan antar-pribadi untuk bisa merangkul generasi masa kini dalam melahirkan karya-karya yang baik.

"Kami tidak memposisikan artist sebagai aset, tetapi sebagai partner. Hal itu bersifat mutualisme. Mereka menggunakan daya kami untuk menjual lagu atau karya, sedangkan kami exploit materi artist yang kemudian hasilnya dibagi dua. Kalau pemahamannya sudah sama, jadi seperti berteman saja," tutup Muna.

Baca juga: Hekrafnas bisa jadi ruang kolaborasi bangun ekosistem ekraf

Baca juga: Menparekraf: subsektor musik sumbang kontribusi nyaris Rp6 triliun

Baca juga: Sony Music akan jual pernak-pernik The Beatles di Amerika Utara

Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023