Jakarta (ANTARA) -
Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia Muhammad Syarif Bando mengatakan bahwa budaya membaca penting untuk meningkatkan pembangunan nasional.

"Dengan literasi, bangsa yang miskin sumber daya alam bisa menciptakan teknologi, produk, dan jasa, sehingga mampu meningkatkan pendapatan bangsa. Sebaliknya, negara yang kaya sumber daya alam tetapi tidak punya sumber daya manusia berkualitas, dapat menurunkan pendapatan per kapita,” kata Syarif dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Perpusnas fokus kembangkan budaya literasi pada 2024

Baca juga: Komisi X DPR setujui pagu indikatif Perpusnas perkuat budaya literasi


Syarif mengatakan, budaya literasi adalah pondasi utama di era kemajuan teknologi saat ini demi menciptakan masyarakat yang memiliki kemampuan berinovasi, berpikir kritis, dan kreatif menciptakan suatu produk untuk menghadapi persaingan global.
 
"Harus memiliki daya membaca, bukan hanya punya kemampuan dan minat baca saja, tetapi juga mampu menangkap isi bacaan, menganalisa, memahami intisari serta membandingkan dengan referensi lain, bahkan memproduksi barang”, tuturnya.
 
Adapun Perpusnas memiliki lima tingkatan literasi dalam kelompok masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kebudayaan membaca. Pertama, kemampuan baca tulis hitung (calistung) dan pembentukan karakter sejak usia dini sebagai kemampuan dasar. 

Kedua, pada tingkat menengah harus punya akses pengetahuan melalui bahan bacaan terjangkau, akurat, terkini dan terpercaya. Ketiga, memiliki kemampuan memahami apa yang tersirat daripada tersurat. 

Keempat, mampu menciptakan inovasi dan kreativitas untuk antisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kelima, memproduksi barang dan jasa berkualitas yang memenangi persaingan global.
 
Perpusnas saat ini juga telah meluncurkan 14 juta buku digital sejak bertransformasi ke dalam bentuk digital pada Maret 2023.
 
”Kami juga memproduksi 14 juta konten yang dapat diakses dengan mudah melalui ponsel, agar dapat digunakan untuk memenangkan persaingan global” katanya.
 
Seminar Internasional “Science Literacy in the Digital Era” digelar atas kerja sama Perpusnas, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Inter-Academy Partnership (IAP), Association of Academies & Societies of Sciences in Asia (AASSA), serta Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).

Baca juga: Perpusnas-British Library jalin kerja sama penguatan perpustakaan

Baca juga: Kepala Perpusnas: Literasi harus dorong Indonesia jadi negara produsen

Baca juga: Kaperpusnas: Tugas perpustakaan bukan sebatas koleksi buku


 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023