Kami berikan edukasi dan pengawasan teknis
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) mengedukasi peternak sapi di daerah itu untuk mengolah limbah dari tempat penampungan hewan agar lebih ramah lingkungan.

"Kami terus meningkatkan pendampingan dan supervisi kepada para pemilik peternakan agar limbah yang dihasilkan tak cemari lingkungan," kata Walikota Jakarta Selatan, Munjirin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Munjirin melalui Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Jakarta Selatan secara rutin sebulan sekali melakukan sosialisasi dan pendampingan kepada para peternak sapi termasuk Persatuan Peternak Sapi Potong-Sapi Perah Jakarta Selatan (PPSP-SP).

Adapun sosialisasi tersebut terkait pencegahan pencemaran lingkungan dari aktifitas usaha yang dilakukan oleh mereka.

"Kami berikan edukasi dan pengawasan teknis bahwa limbah padat harus ditampung di tempat khusus dan diolah menjadi kompos atau pupuk organik lain," katanya. 

Sedangkan untuk limbah cair, maka harus ditampung di bak penampungan/tangki septik khusus.

Selain itu, perlu adanya kapasitas kandang di lokasi penampungan yang sesuai dengan populasi ternak agar tidak sempit untuk para hewan.

Berdasarkan literatur, lanjut dia, untuk satu ekor sapi membutuhkan luas kandang sebesar tiga meter persegi. 

Baca juga: Pj Gubernur DKI lepas ratusan petugas pemeriksa kesehatan hewan kurban

"Mengenai limbah kotoran sapi yang ada di Kelurahan Cikoko sedang dilakukan uji di laboratorium bekerjasama dengan Perumda Palyja," katanya.

Sebelumnya, Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Palyja mengambil tiga botol sampel dari limbah peternakan sapi yang meresahkan warga di RW 05, Cikoko, Pancoran, Jakarta Selatan sejak tahun 2002.

"Kami mengambil tiga botol sampel di lokasi dengan estimasi hasilnya keluar tiga minggu," kata Sekretaris Perusahaan Palyja Luthfi saat ditemui di Kelurahan Cikoko, Jakarta, Senin (26/6).

Luthfi menuturkan telah menerjunkan tiga orang mengambil sampel limbah sapi untuk dibawa ke laboratorium sebagai tindak lanjut laporan warga bernama Hasan Alhabshy.

"Kita tunggu hasilnya dulu sebelum menentukan langkah selanjutnya," katanya. 

Baca juga: Pemkab kirim hewan kurban ke Kepulauan Seribu dengan kapal tradisional

Sementara itu, warga yang melaporkan keberadaan limbah bernama Hasan menuturkan mesin pengelola limbah biopal rusak sehingga mencemari lingkungan sekitar.

"Limbah itu menimbulkan bau menyengat dan sarang nyamuk di rumah warga sekitar, kesehatan istri saya yang sedang hamil juga bisa terancam," ujar Hasan.

Salah satu peternak sapi dekat rumah Hasan, Burhan menyatakan pihaknya sudah mengolah limbah sedemikian rupa, namun mesin biopal yang dimilikinya sedang rusak.

Menurut Burhan, seharusnya pihak KLHK dan jajaran rutin mendatangi lokasi untuk menservis mesin dua kali dalam setahun.

"Mesin biopal itu dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang sudah rusak dan tidak diservis," kata Burhan.

Baca juga: Pemkot sosialisasi penyembelihan hewan kurban sesuai syariat Islam

Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2023