menyoroti filsafat feminisme Bung Karno, pelurusan makna sosialisme dan konsep pemberdayaan perempuan yang melibatkan laki-laki.
Surabaya (ANTARA) - Bupati Trenggalek, Jawa Timur, Mochamad Nur Arifin menjalani sidang tesis di Universitas Airlangga Surabaya, Senin, dengan mengupas buku Sarinah karya Bung Karno dan Pengarusutamaan Gender.

Dalam tesisnya, pria yang mengambil peminatan Pemberdayaan Perempuan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair ini menyoroti filsafat feminisme Bung Karno, pelurusan makna sosialisme dan konsep pemberdayaan perempuan yang melibatkan laki-laki.

"Selama ini yang ngomong pemberdayaan perempuan, kemudian responsif gender belum banyak, padahal perlu sekali program yang menyasar perempuan," kata Mas Ipin, sapaan akrabnya.

Apalagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin kemiskinan ekstrem menjadi 0 persen, dan ketika data kemiskinan 40 persen di Trenggalek maka menjadi pekerjaan besar.

Belum lagi masalah stunting yang belum bisa diatasi kalau pendidikan dan pengasuhan tidak diperbaiki.

"Spirit bung Karno harus bisa terus berkobar dan bisa mewarnai pengambilan kebijakan saat ini, karena struktur penulisan Sarinah mengacu gender analisis yang diterbitkan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA)," ujarnya.

Mas Ipin mengatakan dalam buku tersebut Bung Karno juga membuka data dengan terpilah gender, memperlihatkan perempuan tidak lemah.

Dibutuhkan waktu sekitar enam bulan bagi Mas Ipin untuk melalukan observasi hingga penyusunan tesis.

Namun, menurutnya semakin banyak kajian yang dibaca, ia merasa bahan tesisnya semakin kurang merasa perlu terus menambahkan bahan dalam penelitiannya.

"Ke depan, akan ada program pemberdayaan perempuan, tetapi tidak berhenti di situ saja, harus membentuk ekosistem. Kalau diberdayakan sendiri usaha antar sesama perempuan siapa yang paling kuat ya hidup. Makanya Bung Karno menyampaikan hanya alam disosialis wanita hidup dan berdaya," urainya.

Ia mencontohkan di San Fransisco memiliki program wifey, yaitu melakukan donasi uang yang hasilnya digunakan mendidik perempuan lain yang belum sesukses mereka.

"Semangat seperti itu belum ada, kalau di sini kan mikirnya angel (sulit) nanti ditiru. Spirit itu harus diubah, pemberdayaan sosialisme seperti itu," ucapnya.

Pada kesempatan tersebut, Mas Ipin mengenang studinya di Unair. Baginya melanjutkan S2 di kampus tersebut merupakan suatu nostalgia.

"Rasanya menyelesaikan studi di Unair ini seperti nostalgia, karena dulu pernah di-DO di Unair kemudian dicari lagi dan lulus juga dari Unair. Ini seperti kehidupan kedua," tuturnya.

Selain itu, menyelesaikan studi ditengah tugasnya sebagai kepala daerah menurutnya tak lepas dari dukungan keluarganya, khususnya istri yang kerap memberikan masukan.

"Dari beberapa konsep kadang juga butuh berdiskusi terkait konsep itu di exercise sesama perempuan untuk mendapat feedback. Yang mendorong saya mengambil studi ini ya beliau (istri)," kata dia.

Sementara itu, istri Mas Ipin, Novita Hardini mengungkapkan rasa banga dan bersyukur suaminya bisa menyelesaikan S1 yang tertunda dan meningkat pendidikannya hingga pascasarjana.

"Saat saya mendampingi suami awal menjabat wakil bupati dulu saya sudah berdoa supaya suami ini bisa sekolah tentang perempuan. Sehingga memiliki perspektif perempuan dan nantinya bisa masuk dalam kebijakan yang diambil," tuturnya.

Novi berharap, studi Cak Ipin tidak berhenti di S2, tetapi bisa diimplementasikan sesuai dengan studi yang dipelajari.
Baca juga: Trenggalek promosikan daerah melalui ajang Putri Otonomi
Baca juga: Bupati Trenggalek nilai Gubernur Jatim gigih kawal isu lingkungan
Baca juga: Bupati Trenggalek sambangi keluarga balita meninggal usai imunisasi


Pewarta: Willi Irawan
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2023