Jakarta (ANTARA) -
Solihah, aktivis remaja asal Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB),  membahas tentang pentingnya kebersihan dan kesehatan menstruasi bagi perempuan pada Konferensi Women Deliver 2023 di Kigali, Rwanda, Afrika, yang diselenggarakan pada 17-20 Juli 2023.
 
Meski memiliki keterbatasan pendengaran, Solihah dipilih oleh yayasan Plan International Indonesia untuk mewakili Kota Mataram sebagai satu dari 150 delegasi pada konferensi terbesar untuk hak perempuan ini.
 
“Dulu kami bingung dan khawatir jika sedang menstruasi sampai harus pulang sekolah, kini sejak adanya edukasi tentang kebersihan dan kesehatan menstruasi oleh Plan Indonesia, serta fasilitas pendukung yang inklusif, kami sekarang nyaman untuk melanjutkan belajar saat sedang menstruasi," kata Solihah dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Kebersihan saat menstruasi kunci kesehatan reproduksi perempuan
 
Menurutnya, akses toilet di sekolah kini sudah inklusif untuk penyandang disabilitas, dengan berbagai informasi dan fasilitas pendukung untuk remaja perempuan yang menstruasi.
 
Solihah juga menyuarakan pentingnya akses sanitasi yang inklusif untuk seluruh anak, termasuk anak penyandang disabilitas. Secara spesifik, ia menyampaikan pentingnya informasi dan dukungan bagi remaja perempuan tentang manajemen kebersihan dan kesehatan menstruasi (MKM) yang masih menjadi masalah.
 
"Di daerah saya, pembicaraan mengenai menstruasi masih sangat tabu, sarana pendukung untuk sanitasi dan kebersihan kesehatan menstruasi di sekolah juga masih sangat minim dan belum inklusif," ujar dia.

Baca juga: Mengubah Paradigma: Bayer Indonesia Mendobrak Tabu dan Mitos Menstruasi Melalui Edukasi Kesehatan Reproduksi
 
Pada Konferensi Women Deliver ini, informasi mengenai fasilitas sanitasi yang inklusif untuk seluruh anak, termasuk penyandang disabilitas menjadi poin penting yang dibahas. Saat ini, di Indonesia masih ada lebih dari 2.200 sekolah berkebutuhan khusus dengan lebih dari 133 ribu peserta didik.
 
Namun, informasi mengenai fasilitasi sanitasi termasuk manajemen kebersihan dan kesehatan menstruasi (MKM) masih belum merata dan inklusif.
 
"Selain kebutuhan sarana MKM yang memadai, upaya untuk menghapus stigma negatif terkait menstruasi juga sangat diperlukan," tutur Solihah.

Baca juga: KemenPPPA: Peran Puspaga penting edukasi keluarga seputar menstruasi
 
Berdasarkan riset Plan Indonesia yang bekerja sama dengan SMERU, orang tua juga masih enggan menjelaskan tentang menstruasi kepada anak perempuan mereka.
 
Masih ada 63 persen orang tua tidak pernah melakukan edukasi ini. Dampaknya, remaja perempuan tidak terlalu memahami manajemen kebersihan menstruasi, sehingga menyebabkan 79 persen anak perempuan tidak pernah mengganti pembalutnya saat di sekolah.

Baca juga: Orang tua dan sekolah didorong edukasi kesehatan reproduksi bagi anak
 
Sebelumnya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menekankan pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak untuk mencegah terjadinya perkawinan anak dengan memasukkan materi tersebut ke dalam kurikulum.
 
"Pendidikan kesehatan reproduksi (kespro) sangat-sangat penting bagi anak. Mengapa terjadi perkawinan anak, karena edukasi kespro yang belum optimal bagi anak kita," kata Plt Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KemenPPPA Rini Handayani.

Baca juga: BKKBN: Segera periksa ke dokter bila menstruasi dirasa tidak normal
Baca juga: Orang tua harus jadi sumber informasi tentang kesehatan reproduksi

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023