Seluruh kecantikan saya yang asli atau polesan ini, hanya saya persembahkan untuk suami saya, lahir dan batin,"
Jakarta (ANTARA News) - Markonah sangat kontras dengan lingkungannya, karena dia tidak seperti kebanyakan istri di Kampung Bangor.

Markonah (Sabrina Piscalia) itu cantik, seksi, dan tetap menjaga kemolekan tubuhnya meski sudah bersuami. Dia melakukan hal tersebut bukan karena genit, tetapi atas dasar menjaga kesetiaan pada suami (Kubil Angelo).

"Seluruh kecantikan saya yang asli atau polesan ini, hanya saya persembahkan untuk suami saya, lahir dan batin," ujarnya.

Sayangnya, sikap Markonah tidak disukai oleh ibu-ibu tetangganya. Dia justru dianggap sebagai wanita tidak bermoral, penggoda suami orang.

Hal itu terjadi, pasalnya Markonah secara de facto tidak pernah terlihat memiliki suami. Dia hidup sendiri, suaminya pergi dan entah kapan akan kembali.

Ibu-ibu kampung yang dipimpin Mak Enol (Sri Hardini) sebenarnya cemburu, karena tidak bisa seperti Markonah. Mereka yang kebanyakan berbadan gembrot, tidak bersolek, dan tidak menarik sama sekali, lebih senang menyalahkan orang lain daripada mengoreksi penampilan diri sendiri.

Padahal bisa jadi, salah satu faktor kenapa para suami selingkuh bukanlah Markonah. Akan tetapi bermula dari penampilan buruk para istrinya.

Alhasil Markonah digunjingkan, dicaci dan dimaki oleh ibu-ibu Kampung Bangor. Dia bahkan dimusuhi oleh warga satu kampung.

Markonah menderita karena terus menjaga kesetiaannya. Secara batin dia rindu belaian suami, secara lahir dia kerap dianiaya oleh para tetangganya.

Hanya saja, penderitaan itu tidak abadi. Markonah kemudian menemukan pelipur laranya, Kang Kubil pulang juga ke rumah.

Suaminya begitu senang melihat sang istri tetap cantik dan menjaga penampilannya. Dengan pulangnya sang suami, Markonah berhasil menyelesaikan perjuangannya.

Ibu-ibu juga tak lagi berani mengganggunya. Markonah  sukses mewujudkan sebuah perwujudan keluarga bahagia.


Teater yang serba kurang


Markonah memang cuma ada dalam panggung teater berdurasi 60 menit dan berjudul sama, tapi kesetiaannya dapat dicontoh oleh siapapun yang mengaku sebagai seorang istri.

"Markonah itu sosok yang menjaga martabat dan kodrat," ujar Sabrina Piscalia sebagai pemeran Markonah.

Hanya saja durasi yang terlalu pendek, membuat banyak cerita dalam teater tersebut tidak tersampaikan dengan baik. Kisah "Markonah" jadi terputus-putus, dan hilang keutuhannya.

Pertanyaan seperti kenapa suami Markonah pergi?, untuk alasan apa?, itu benar-benar tidak terjawab sampai pagelaran selesai. Lalu tokoh suami dari ibu-ibu Kampung Bangor juga tidak pernah dimunculkan, akibatnya tidak ada gambaran tentang akibat buruk dari penampilan seksi Markonah.

Dari segi performa para pemain di panggung, aktor yang berperan dalam "Markonah" juga tidak kompak. Misalnya dalam beberapa nyanyian bersama, banyak gerakan salah ataupun terlambat dari beberapa pemain.

Sisi teknis vokal, pun Teater yang ditayangkan oleh Emak Production pada 9-10 Maret 2013 itu banyak kekurangan. Suara dari pemain tidak begitu terdengar sampai bangku penonton paling atas di Graha Bakti Budaya TIM.

Oleh karena kekurangan-kekurangan tersebut, konsekuensinya adalah pesan yang ingin dimunculkan dari Teater "Markonah" tidak seluruhnya tersampaikan pada para penonton. Pertunjukkan pun jadi agak membosankan, beruntung masih tertolong dengan beberapa dialog lucu dan kemolekan Sabrina Piscalia.

Oleh M Baghendra Lodra
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013