Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menilai meski teknologi berkembang secara pesat, proses pembuatan batik handmade atau menggunakan tangan perlu dilestarikan guna menjaga nilai tambah batik.

"Saya kasih contoh batik dari Madura. Ini dikerjakan handmade membutuhkan waktu bisa sampai enam bulan sampai tujuh bulan, sehingga harganya pun juga sangat fantastis. Ini bisa sampai Rp100 juta," ujar Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kemenkop UKM Luhur Pradjarto dalam acara "Bagian Kedua Kisah Batik Indonesia dan Jinju Silk" di Jakarta, Selasa.

Corak batik dikembangkan di seluruh Indonesia, dan masing-masing daerah memiliki ciri khas dan warna-warna sendiri. Selain itu, katanya, di Jawa, khususnya di daerah Yogyakarta dan Solo, terdapat corak-corak batik yang spesifik yang digunakan oleh raja-raja seperti motif parang rusak.

Baca juga: Ioniq 5 batik meluncur tandai 50 tahun persahabatan Indonesia-Korea

Batik Indonesia adalah sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda, oleh karena itu Kemenkop UKM  berupaya untuk melakukan kolaborasi untuk mengembangkan batik, termasuk dengan Korea. Dia menilai, kolaborasi semacam itu juga akan mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Luhur berharap, dengan adanya kolaborasi antara Indonesia dan Korea, kerja sama dapat terjadi semisal pengenalan batik Indonesia di Korea, serta sutra Korea dapat diperkenalkan di Indonesia.

"Semoga UMKM kita, dengan UMKM di Korea, khususnya yang punya aktivitas atau keahlian di bidang batik ini betul-betul bisa berkolaborasi dan akhirnya bisa go global (mendunia)," Luhur menambahkan.

Pameran busana bertajuk “Bagian Kedua dari Kisah Batik Indonesia dan Jinju Silk” digelar di Jakarta pada 28 dan 29 November 2023. Pameran busana kali ini digelar sebagai kelanjutan dari pameran serupa pada 2022 dengan tujuan memperkenalkan ‘Batik-Jinju Silk’ yang didesain secara modern berdasarkan budaya tradisional Indonesia dan Kota Jinju, Korea Selatan.

Proyek tersebut merupakan kolaborasi Kota Jinju dengan KOFICE (Korean Foundation for International Culture Exchange), dan kerjasama dengan Korea Creative Content Agency (KOCCA) Indonesia.

Chief Design Officer Batik Fractal Muhammad Lukman dan desainer hanbok modern Park Seon-ock turut berpartisipasi dalam proyek ini. Dalam proyek tersebut, Batik Fractal mendesain motif tradisional Indonesia-Korea, dan tiga motif baru untuk Batik Jinju berdasarkan cerita rakyat Kota Jinju, yaitu tentang bonghwang atau burung phoenix.

Desainer Park Seon-ock merancang hanbok, yaitu pakaian tradisional Korea, dengan sentuhan modern menggunakan kain bermotif batik tersebut.

Baca juga: Dubes RI untuk Korea kenalkan batik di Korea Hanbok Model Contest

Baca juga: Perancang Korea hadirkan motif batik dalam karya "menswear" terbaru

Baca juga: Idola K-Pop pakai batik, Suga BTS hingga Kai EXO

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023