Jakarta (ANTARA) - Seorang penceramah dalam Program Dai di wilayah Tertinggal, Terdepan, Terluar (3T) Kementerian Agama (Kemenag) RI, Agus Salim mengungkapkan masih terdapat banyak potensi untuk berdakwah di wilayah tersebut.

Hal tersebut diungkapkannya setelah menjadi salah satu dai yang dikirim oleh Direktorat Penerangan Agama Islam, Kemenag RI untuk berdakwah di Desa Waeleman, Kecamatan Waelata, Kabupaten Buru, Maluku.
 
"Tantangannya adalah kurangnya sumber daya manusia (dai), terutama penduduk pribumi, dan tempatnya harus ditempuh jauh melewati hutan sehingga sering bermalam," katanya dalam keterangan di Jakarta, Senin.

Baca juga: Kemenag kirim 500 dai ke wilayah 3T selama Ramadhan, ini tujuannya
 
Agus menjelaskan betapa jauh dan berlikunya lokasi dakwah di sana. Jakarta-Ambon memakan waktu dua jam dengan pesawat; Ambon-Pulau Buru (Namlea) membutuhkan waktu delapan jam dengan Kapal Fery; Namlea/Pulau Buru-Waelata menghabiskan waktu tiga jam melewati pegunungan dengan mobil; Waelata ke Waeleman, desa lokasi membutuhkan waktu satu jam melewati hutan, jalan berlumpur, dan genangan air dengan ojek.
 
Untuk menyiasati tantangan itu, ia selalu melakukan pembinaan ketika ada undangan ke kampung mualaf, mengajak anak-anak di sana untuk belajar di pesantren, dan mendatangkan dai atau ustaz untuk mengajar dan melakukan pembinaan kepada masyarakat di sana.
 
Dirinya mengaku selalu hadir setiap kali mendapatkan undangan dari masyarakat kampung mualaf.
 
"Tidak ada kata untuk tidak memenuhi undangan mereka," ucapnya.

Baca juga: Kemenag buka pendaftaran program 500 Dai untuk wilayah 3T

Selain itu, Agus mengungkapkan tantangan berikutnya adalah banyaknya warga non-Muslim yang terdapat di wilayah tempatnya berdakwah, sehingga ia harus memastikan dakwahnya tidak menyinggung umat agama manapun.
 
Pada 10 Maret 2024 lalu ia diminta untuk menyampaikan tausiah dalam kegiatan persiapan memasuki Bulan Ramadhan yang dilaksanakan di Masjid Dusun Waengura, Desa Wamana Baru, Kecamatan Fena Leisela, Kabupaten Buru. Pada kesempatan itu, Agus menyampaikan materi tentang pentingnya toleransi dan moderasi beragama dalam kehidupan masyarakat.
 
"Pengalaman saya diminta sebelum Ramadhan untuk tausiah toleransi yang dihadiri pendeta, pastor, Kepala Desa, BPD, Kepala Suku yang masih non-Muslim. Mereka sangat menerima kehadiran dai," ujarnya.
 
Agus mengapresiasi upaya Kemenag RI yang telah mengadakan Program Dai 3T, karena program ini bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama dari sisi keagamaan. Menurutnya, masyarakat setempat sangat antusias dan merespons baik kehadiran dai 3T.
 
Ia berharap Program Dai 3T bisa tetap berlanjut ke depannya, menjadi program tahunan, dan para dai yang dikirim bisa ditambah karena ada banyak daerah yang sangat membutuhkan kehadiran dai.

Baca juga: Direktorat Penais bahas tiga program prioritas di Rakornas 2024

Baca juga: Kementerian Agama kirim 50 dai ke daerah 3T jelang Ramadhan


 

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024