Jakarta (ANTARA News) - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyatakan konsep pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di DKI Jakarta tidak mencontoh negara mana pun.

"Kita enggak contoh dari negara mana pun, tapi kita pelajari kelebihan dan kekurangan pembangunan di luar negeri, yang baik kita ambil untuk disesuaikan dengan keadaan kita," kata Ahok di Balaikota DKI Jakarta, Selasa.

Lebih lanjut Ahok mengakui pembangunan rusunawa di DKI Jakarta masih belum sesuai dengan keinginan Pemerintah Provinsi karena pembangunan lantai belum efektif.

"Ada sebagian orang gak mau pakai lift. Kalau kami maunya semua pakai lift, karena kalau pakai lift bisa bangun sampai 28 lantai. Dengan tanah yang luasnya sama, lebih efektif bangun lima lantai apa 28 lantai dengan jumlah penduduk segini? Makanya yang gak mau pakai lift bisa ke rusunawa Merunda," kata Ahok.

Lebih lanjut Ahok mengatakan masalah relokasi warga ke rusunawa memang tidaklah mudah.

"Makanya kalau ada yang komentar ini tidak mudah, ya yang mudah gimana? Ajarin saya!" kata Ahok.

Relokasi warga, selain masalah teknis, menurut Ahok juga melibatkan masalah sosial.

"Tidak gampang hidup bersama itu. Makanya kita buat peraturan, kita latih masyarakat. Kita ini tidak ada pilihan lagi. Harga tanah di Jakarta semakin mahal lebih dari Rp10 juta per meter. Di mana pun di seluruh dunia ini, orang menengah ke bawah nantinya akan tinggal di tempat vertikal," katanya.

Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan 1.600 unit rusunawa yang terdiri dari, 200 unit di Rusunawa Komarudin yang siap huni untuk bulan Februari-Maret, 200 unit Rusunawa Jatinegara Kaum siap huni bulan Februari, 600 unit di Rusunawa Pinus Elok siap huni dibulan Februari. Kemudian 200 unit di Rusunawa Cipinang Besar Selatan siap huni bulan Juni-Juli serta 400 unit di Rusun Pulogebang siap huni di bulan Juni-Juli.

Rusunawa diprioritaskan terutama bagi warga yang memiliki KTP DKI Jakarta.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014