Jakarta (ANTARA News) - Rencana kedatangan Presiden Amerika Serikat (AS), George W. Bush, ke Indonesia terlihat menjadi polemik, karena ada pihak yang pro maupun kontra, terutama dalam memperdebatkan besarnya biaya dan banyaknya aparat keamanan yang akan dikerahkan. Polda Metro Jaya dilaporkan setidak-tidaknya akan mengerahkan dua pertiga personelnya dari total 27.000 personel, dan belum lagi ditambah dengan aparat dari Kodam Jaya yang menyiapkan dua Satuan Setingkat Kompi (SSK) atau sekitar 200 personel dan sepuluh sniper (penembak jitu). Hal itu masih ditambah lagi personel dari Polwiltabes Bogor dan Korem Surya Kentjana Bogor. Kerasnya penolakan masyarakat atas pengamanan yang dinilai berlebihan tersebut, justru membuat rasa kasihan dari Wakil Presiden (Wapres) RI, M. Jusuf Kalla. Bagi Wapres, ketatnya prosedur pengamanan bagi Presiden AS, George W. Bush, membuatnya merasa kasihan. "Kasihanilah, dia tidak bisa tidur tenang. Ke mana-mana harus dikawal begitu ketat. Di negaranya pun dikawal begitu," kata Wapres ketika diminta komentarnya mengenai persiapan pengamanan terhadap Presiden AS yang begitu ketat. Wapres secara pribadi justru merasa bersyukur, karena pengamanan terhadap dirinya tidak begitu ketat, seperti halnya Bush. "Meskipun jika saya sedang dalam kunjungan ke daerah," kata Wapres. Ia pun akan mendapatkan pengawalan hingga radius satu atau dua kilometer. Namun, ia mengemukakan, untuk Presiden Bush mungkin dalam tingkatan yang berbeda. "Soal wajar atau tidak. Itu dalam arti menghormati tamu supaya bisa nyaman," katanya. Kedatangan George Bush ke Indonesia, tambah Wapres, adalah sebagai tamu negara, yang sesuai ajaran Islam, maka harus dihormati dan diperlakukan secara baik. Mengenai akan adanya rencana untuk memblokir atau mengacak telepon seluler selama kunjungan Bush tersebut, Wapres pun mengemukakan, Indonesia sebagai negara yang memiliki pengalaman adanya serangan bom di Bali dan beberapa daerah lainnya wajar jika hal itu dilakukan. "Setidak-tidaknya anda akan hemat SMS kan?," demikian Wapres Kalla, disambut tawa wartawan maupun pengawalnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006