Jakarta (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat (AS) George W Bush mengatakan demonstrasi yang dilakukan ribuan masyakat Indonesia atas kedatangannya untuk melakukan pembicaraan bilateral dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah hal yang biasa dan sudah sering diterimanya. "Saya menghargai masyarakat yang bisa menyuarakan pendapatnya, termasuk protes. Ini bukan pertama kali masyarakat memprotes kebijakan saya. Ini lah yang akan anda dapatkan jika membuat semua keputusan besar itu (soal Irak)," kata Bush dalam jumpa pers usai pertemuan dengan Presiden Yudhoyono di Istana Bogor, Senin. Menurut Bush, sikap penentangan yang dilakukan sejumlah pihak terhadap kebijakan AS di Irak adalah bagian dari kebebasan sesuai prinsip universal dan demokrasi, dan hal ini juga menunjukkan masyarakat yang modern. "Dalam prinsip universal dan demokrasi ini tidak ada ekstrimis yang membunuh masyarakat sipil," katanya. Untuk itu, katanya, adalah tugas bagi semua pihak untuk mempromosikan bentuk pemerintah yang demokratis meski tidak harus seperti di Amerika Serikat. "Demokrasi menimbulkan perdamaian, tidak ada pertempuran. Itulah salah satu alasan mengapa saya mengangap Presiden Yudhoyono sebagai sahabat karena dia tahu tentang demokrasi dan hak universal," katanya. Dengan demokrasi, lanjutnya, masyarakat bisa bebas memilih agama dan melakukan protes sebagai tanda masyarakat yang sehat. Presiden Yudhoyono dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa pertemuan dengan Presiden Bush adalah untuk meningkatkan hubungan persahabatan dan kerja sama Indonesia dan AS dengan membahas sejumlah agenda seperti peningkatan kerja sama kesehatan mencegah penyebaran flu burung dan penyakit menular, sektor pendidikan, kerja sama pengembangan energi alternatif dan penanganan bencana alam. "Selain itu kita juga bertukar pikiran masalah global seperti perkembangan masalah nuklir di Korea Utara, Irak dan perkembangan di Palestina. Kita bicarakan bersama solusi terbaik untuk bahas masalah tersebut," katanya. Presiden Yudhoyono juga menjelaskan bahwa selain pertemuan bilateral, Presiden Bush juga melakukan diskusi dengan sembilan tokoh masyarakat yang dimaksud untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, teknologi dan perekonomian. Sembilan tokoh yang mengikuti pertemuan itu adalah ekonom Muhammad Ikhsan, pakar fisika Johannes Surya, peneliti Lipi Adi Santoso, cendekiawan muslim Komaruddin Hidayat, Ketua Badan Reintegrasi NAD Yusny Saby, wakil ketua Majelis Rakyat Papua Frans Wospakrick, pakar BPPT Ridwan Djamaluddin, pakar pendidikan Arif Rachman dan pakar kesehatan Nila Farid Moeloek.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006