Jakarta (ANTARA News) - Kepolisian menertibkan unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa Universitas Persada Indonesia (UPI) YAI di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

"Jadi diperkirakan tadi sekitar 100-an orang mahasiswa unjuk rasa karena menginginkan untuk ketemu rektor maupun ketua yayasan," kata Kepala Kepolisian Sektor Senen Kompol Kasmono saat ditemui di depan Universitas Persada Indonesia YAI, Jakarta, Selasa.

Kasmono mengatakan unjuk rasa itu dipicu masalah internal antara mahasiswa dengan pihak rektorat universitas itu.

Ia mengatakan masalah internal itu berkaitan dengan pembayaran uang kuliah yang tidak sampai ke tangan pihak kampus.

"Informasi yang kita dapat jadi mereka (mahasiswa) ini kan membayar uang kuliah semesteran lewat teman bukan bayar langsung ke pihak kampus, bayar lewat teman dengan iming-iming "cash back" lewat teman. Temannya ini tidak membayarkan kepada YAI justru dia malah memberikan tanda terima yang dari bank mandiri itu, ternyata palsu," ujarnya.

Dalam pembayaran itu, mahasiswa yang satu membayar uang kuliah kepada temannya, yang mana mendapat potongan uang kembalian.

Kasmono mengatakan mahasiswa yang membayar melalui teman mandapat uang kembalian ("cash back") sebanyak Rp800 ribu-Rp1 juta dari total uang kuliah yang dibayar per semester.

Namun, ternyata uang yang diberikan itu tidak diteruskan ke pihak kampus melainkan dilarikan tanpa diketahui pihak yang menyetor uang.

"Karena mungkin si orang ini merasa dirugikan ya maunya boleh kuliah terus demikian mungkin pihak rektorat di sini juga tidak mau rugi juga karena dia kan belum bayar berarti kan karena uang yang dia bayarkan belum nyampai ke pihak kampus. Jadi ini masih cari solusinya antara pihak kampus dan rektorat dan pihak mahasiswa," katanya.

Ia mengatakan dari penyelidikan, pembayaran melalui teman dengan kwitansi palsu seperti itu terjadi sejak 2008.

Ia mengatakan kepolisian menjadi tim mediasi dari mahasiswa maupun dari pihak rektorat kampus itu.

Pengacara dari pihak mahasiswa berhasil berkomunikasi pada sore dengan pembantu rektor.

"Mereka sudah berkomunikasi tadi, sudah berbicara bahwa mau ada tindak lanjut secepatnya," tuturnya.

Ia mengatakan unjuk rasa itu diperkirakan mulai pukul 13.00 WIB.

"Sekitar jam 20.10 WIB kurang lebih bubar dengan kita nego ke pengacaranya ke koordinator lapangannya mahasiswa mengerti sehingga tutup jalan bisa kita buka masyarakat juga bisa lewat lagi sehingga kita bisa tanpa melakukan kekerasan," ujarnya.

Pembubaran massa itu berlangsung tertib tanpa ada kekerasan setelah ada pertemuan antara perwakilan dari pihak kampus dan mahasiswa.

Untuk mengamankan unjuk rasa itu, kurang lebih 100 personel diterjunkan yang mana 30 personel di antaranya berasal Polsek Senen dan sisanya dari Polres Jakarta Pusat.

Selain itu, pihak kepolisian juga sempat menutup jalan karena unjuk rasa yang menutupi jalanan itu. Penutupan itu dilakukan sekitar pukul 14.00 WIB. Dalam aksi itu, mahasiswa juga membakar ban.

"Memang tadi sempat tutup jalan dari sore tadi tapi kita buat persuasif tidak melakukan dengan kekerasan kita. Jalur ditutup dr Megaria, kita alih arus. Megaria contra flow (berlawanan arus) menuju Matraman. Seharusnya itu satu arah kita buat dua arah. Kemudian, saya buat lagi leeat Cikini," katanya.

Ia mengimbau agar semua pihak dalam menyampaikan aspirasinya tidak menganggu ketertiban umum.

"Kita berharap ini tidak terjadi lagi," katanya.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015