Jakarta (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia (TNI) menegaskan tidak khawatir terhadap ancaman pembatasan bantuan militer Amerika Serikat (AS), menyusul insiden bentrok berdarah aparat TNI dengan warga di Desa Alastlogo, Pasuruan, Jawa Timur, dua pekan silam. "Kita tidak khawatirkan hal itu, karena pemerintah pasti mempunyai jalan untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI tanpa harus bergantung pada AS," kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Marsekal Pertama Sagom Tamboen ketika dikonfirmasi ANTARA News, di Jakarta, Selasa. Ia mengakui, sebagian besar alutsista TNI berserta suku cadangnya masih didominasi buatan Negeri Paman Sam dan sedikit banyak embargo militer yang dijatuhkan AS pada 10 tahun silam sangat berpengaruh terhadap tingkat kesiapan operasional masing-masing satuan. "Belajar dari pengalaman itu, tentu pemerintah terus berupaya mencari jalan keluar agar TNI tidak lagi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan alutsistanya," ujar Sagom. Ia menolak anggapan bahwa reformasi TNI belum berjalan optimal sehingga menjadi salah satu pertimbangan AS untuk kembali menjatuhkan sanksi militer kepada Indonesia. Sagom mengatakan, reformasi TNI yang telah berjalan sekitar sepuluh tahun sepenuhnya bukan atas tekanan pihak manapun termasuk AS, sehingga pihak AS tidak berhak memberikan penilaian tentang optimal tidaknya reformasi yang tengah dilakukan TNI. Sebelumnya, anggota Partai Demokrat AS, Nita Lowey, mengusulkan kepada kongres untuk memberikan pembatasan terhadap bantuan militer kepada Indonesia, menyusul bentrokan warga Desa Alastlogo, Pasuruan, dengan aparat marinir yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Tidak itu saja, pembatasan juga dilakukan karena reformasi TNI yang telah berjalan saat ini belum maksimal dan pertanggungjawaban tentang penyelesaian insiden September 1999 di Timor Leste juga belum tuntas. Menanggapi itu, Menteri Pertahanan Juwono mengatakan pihaknya melalui KBRI di AS terus melakukan negosiasi agar sanksi pembatasan itu tidak menjadi kebijakan baru pemerintah AS. Berdasar Surat Panglima TNI Nomor B/4239-04/20/43/Sru pada 2 Desember 2005 kemungkinan kebutuhan materiil dari AS antara lain berupa suku cadang panser V-58 (89 item), suku cadang Commando Ranger (54 item), suku cadang Commando Scout (58 item) dan suku cadang helikopter Bell-205 serta N-Bell 412 masing-masing 60 dan 14 item. Masing-masing komponen itu merupakan kebutuhan materiil untuk TNI Angkatan Darat, termasuk helikopter latih Schweizer, sedangkan untuk TNI Angkatan Laut antara lain suku cadang MK-46 TPO, suku cadang peluru kendali Harpoon, suku cadang pesawat Cassa 212 Nomad Bell-412 dan Nomad N22/24. Untuk TNI Angkatan Udara antara lain suku cadang pesawat tempur F-5 Tiger, F-16 Fighting Falcon, dan OV-10.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007