Havana, (ANTARA News) - Kuba menandai ulang tahun ke-50 revolusinya pada Kamis. Presiden Raul Castro pada Kamis pagi memberikan penghromatan di makam pahlawan nasional Jose Marti di Santiago de Cuba. Di kota itu, kakak Raul yaitu Fidel memproklamasikan kemenangan atas diktator dukungan Amerika Serikat Fulgencio Batista pada tahun 1959 setelah 25 bulan peperangan di pegunungan Sierra Maestra. Raul (77) yang secara resmi berkuasa Februari lalu setelah Fidel (82) mundur -- dijadwalkan menyampaikan pidato pukul 18 waktu setempat. Fidel yang tak muncul di depan umum sejak menjalani pembedahan besar hampir dua setengah tahun lalu mengirim ucapan singkat yang ditandatanganinya kepada rakyat Kuba di Granma, surat kabar partai komunis. Meski tak muncul, gambar Fidel menghiasi bendera-bendera dan papan reklame. Raul Castro memperingatkan rakyatnya Rabu malam bahwa negerinya akan mengalami kesulitan. Kendati kesulitan-kesulitan yang katanya disebabkan oleh sanksi-sanksi AS yang telah berlangsung selama 46 tahun, Presiden itu menekankan:"Ini bukan kegagalan, bahkan bukan karena kondisi ini. Ini jadi perjuangan terus-menerus." Perayaan-perayaan itu bersamaan dengan langkah-langkah yang diambil Kuba baru-baru ini untuk memperluas hubungan internasional dengan mitra utamanya Venezuela yang kaya minyak. Presiden China Hu Jintao dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengirim pesan-pesan ucapan selamat pada Kamis. Pemimpin kiri Bolivia Presiden Evo Morales juga memuji revolusi itu pada suatu jumpa pers. "Lima puluh tahun lalu rakyat Kuba membebaskan dirinya dari kekuasaan AS. Karena itu Kuba, rakyat dan para komandannya merupakan simbol pembebasan rakyat dunia," kata Morales. Revolusi Kuba dipimpin Fidel Castro (32) dan tokoh gerilyawan Ernesto "Che" Guevara. Mantan Presiden AS John F. Kennedy memberlakukan embargo pada Februari 1962 atas Kuba sebelum krisis peluru kendali Soviet, yang hampir membawa dunia ke jurang perang nuklir. Kuba dan Amerika yang hanya dipisahkan oleh perairan 145 km masih bermusuhan. Seorang jurubicara Gedung Putih di Texas Rabu mengatakan Washington "akan terus mengupayakan kemerdekaan" bagi rakyat Kuba. Ia tak menyebutkan langkah-langkah atau prakarsa baru. Tapi, Presiden terpilih Barack Obama, yang akan dilantik 20 Januari, telah berjanji akan melonggarkan beberapa peraturan yang membatasi perjalanan dan pengiriman uang dari warga Kuba-Amerika. Raul Castro berulang-ulang mengatakan dia bersedia mengadakan pembicaraan tanpa prasyarat dengan Obama.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009