Sydney (ANTARA News) - Pejabat senior Indonesia dan Amerika Serikat (AS), Selasa, bertemu sebagai bagian dari persiapan rencana pertemuan bilateral antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden George W. Bush, di sela KTT Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Sydney, 8-9 September 2007. Informasi yang diperoleh ANTARA menyebutkan pertemuan antarpejabat senior kedua negara itu dimaksudkan untuk mematangkan rencana pertemuan bilateral Presiden Yudhoyono dan Bush. Pertemuan kedua pemimpin di sela kehadiran mereka di KTT APEC Sydney itu merupakan yang kedua dalam dua tahun terakhir setelah pertemuan mereka di Istana Bogor pada 20 November 2006. Belum diketahui isu-isu apa saja yang akan dibahas kedua kepala negara di Sydney ini, namun dalam pertemuan di Istana Bogor tahun lalu, Presiden Yudhoyono dan Bush sempat mengeluarkan pernyataan bersama dimana kedua pemimpin menyampaikan solidaritas mereka untuk memberantas terorisme. Presiden Yudhoyono dalam pertemuan di Istana Bogor mengatakan Amerika Serikat berkomitmen membantu Indonesia mengembangkan sumber energi alternatif (bio fuel) dan memberantas ancaman wabah flu burung. Dalam kerjasama di bidang pendidikan, AS juga berkomitmen melanjutkan bantuannya kepada membangun dalam membangun sektor pendidikan yang menjadi bagian penting dari agenda nasional Indonesia. Sementara itu, dalam perkembangan lain, Presiden Bush dan rombongan delegasi AS untuk KTT APEC 2007 dijadwalkan tiba di Sydney, Selasa malam. Pengamanan terhadap kota Sydney yang melibatkan ribuan anggota kepolisian dan angkatan bersenjata Australia itu semakin diperketat menjelang tibanya Bush di tengah bayang-bayang aksi protes dari berbagai kelompok, termasuk Koalisi anti Bush. Dalam pernyataannya bertajuk "Stop Bush, Dump Howard" itu, dua aktivis gerakan ini, Emma Clancy dan Simon Cunich, mengatakan mereka terus bersiap diri untuk melakukan aksi protes mereka terhadap invasi AS ke Irak dan Afghanistan. "Protes itu juga dimaksudkan untuk mengimbau aksi darurat bagi penghentian kerusakan lingkungan dan penghormatan atas hak-hak pekerja," kata mereka. Dalam perkembangan lain, Menteri Luar Negeri Australia, Alexander Downer, menyatakan ada kemungkinan pihaknya menandatangani kesepakatan penjualan uranium untuk tujuan damai dengan Rusia ketika Presiden Vladimir Putin mengunjungi Sydney untuk menghadiri KTT APEC. Sebelumnya Australia juga telah memutuskan untuk memulai pengapalan uranium ke India dengan syarat para inspektur keamanan nuklir negara itu diizinkan untuk mengecek pemakaian uranium tersebut benar-benar hanya untuk tujuan damai dan pembangkit listrik. Forum kerjasama ekonomi itu kini beranggotakan Indonesia, Australia, AS, Brunei, Kanada, Chile, China, Hongkong, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Filipina, Rusia, Singapura, Thailand, dan Vietnam . (*)

Copyright © ANTARA 2007