Mogadishu (ANTARA News) - Pasukan militer pemerintah Somalia menyerbu kompleks Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Mogadishu, Rabu, dan menahan wakil penting Program Pangan Dunia (WFP) di ibukota itu. "Sekitar 30 tentara Somalia dalam dua truk militer dan bersenjatakan senapan-senaan mesin menyerbu markas PBB, memaksa masuk kantor-kantor dan menahan Idris Mohamed Osman," kata seorang pejabat PBB, yang menolak disebut identitasnya. Ia menimpali, "Mereka membawa dia ke daerah istana presiden dan kami tidak tahu kenapa mereka menahan dia." Kemudian, pasukan Somalia telah meninggalkan kompleks PBB di Mogadishu selatan itu, katanya menambahkan. Juru bicara WFP di ibukota Kenya membenarkan insiden itu, yang terjadi beberapa jam setelah pasukan Somalia terlibat baku tembak artileri dengan milisi yang menewaskan empat warga sipil dan paling tidak 34 orang lainnya cedera. "Idris Osman, pejabat yang memimpin WFP di Mogadishu , ditahan pagi ini dan kami sedang membicarakan masalah ini dengan pihak berwajib," kata juru bicara WFP, Peter Smerdon, kepada AFP di Nairobi. Para pejabat pemerintah tidak bisa segera dihubungi untuk diminta komentar. Aksi kekerasan di Somalia memaksa kelompok-kelompok kemanusiaan meninggalkan negara itu, yang menyisakan badan-badan PBB dan sejumlah kecil lainnya yang mengandalkan pada staf lokal untuk menangani operasi-operasi terbatas. Pertempuran Selasa malam terjadi antara pihak-pihak bermusuhan terlibat dalam duel artileri berat tertutama di Mogadishu selatan tetapi juga daerah-daerah utara. Bentrokan senjata itu meletus setelah sepeken tenang dalam pertempuran di Mogadishu antara pasukan pemerintah yang didukung tentara Ethiopia dan satu milisi yang bersekutu dnegan gerakan Islam yang disingkirkan dari daerah-daerah selatan dan tengah negara itu pada awal tahun ini. Sejak itu, pemberontakan dilakukan melalui serangan-serangan gerilya, terutama di Mogadishu , yang ditujukan pada para pejabat pemeribtah, tentara Ethiopia dan pasukan perdamaian Uni Afrika yang digelar untuk membantu pemerintah. Serangan-serangan itu serta bentrokan antar suku , menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi dari ibukota itu, dengan sebagian besar ditampung di permukiman yang kotor di daerah-daerah tetangga, membutukan pasokan bahan pokok. Negara Tanduk Afrika yang berpenduduk 10 juta jiwa itu porakporanda akibat konflik sejak disingkirkannya diktator Mohamed Siad Barre tahun 1991 dalam pergolakan kekuasan berdarah yang menolak prakarsa-prakarsa perdamaian dukungan internasional. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007