Surabaya (ANTARA News) - Dalam sinetron Indonesia peran perempuan selalu dominan, namun dominasi peran perempuan tersebut tidak diikuti membaiknya peran perempuan dalam seni peran tersebut, namun perempuan selalu dieksploitasi. "Eksploitasi ini bukan dalam arti seks tetapi ekploitasi atas sifat ataupun watak perempuan yang cenderung negatif bahkan sangat tidak rasional," ujar dosen komunikasi UPN Surabaya, Yudiana Indriastuti SSos MSi di Surabaya, Minggu. Yudiana mengemukakan hal itu berdasarkan penelitiannya tentang tentang "Representasi Perempuan Dalam Sinetron" yang dikerjakan selama tiga bulan bersama Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi UPN, Yuli Candrasari SSos MSi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tersebut dilakukan dengan merekam sinetron drama baik drama keluarga maupun drama percintaan dan melihat sinopsis sinetron pada media cetak. Dalam tayangan televisi, ujar anggota KPID Jatim tersebut, perempuan selalu ditampilkan dalam sedikit profesi dan tergantung pada pria, selain itu perempuan banyak direpresentasikan dalam stereotype tradisional yang cenderung merendahkan posisi perempuan dihadapan laki-laki. "Pada sinetron drama yang muncul di jam-jam utama (prime time) pencitraan perempuan lebih banyak masih stereotipe lemah, pasif, didominasi, sebagai simbol seks, cengeng, tidak mandiri bahkan sekarang ditambah watak yang kasar dan culas," katanya. Sebaliknya sosok laki-laki digambarkan sebagai sosok orang sabar, mengalah dan bijaksana. "Demikian juga pada sinetron-sinetron Indonesia yang berada pada `prime time` yaitu antara pukul 19.00 WIB hingga 22.00 WIB, peran perempuan tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Peran perempuan tidak lepas dari peran ibu rumah tangga, remaja sekolah atau remaja yang sedang kuliah," katanya. Yudiana mengatakan banyaknya perempuan yang tidak menjadikan perempuan berperan dalam berbagai macam profesi ataupun berbagai macam kedudukan penting diakibatkan adanya perbedaan gender. "Hasil penelitian juga mencatat bahwa bias gender dalam tayangan sinetron Indonesia tidak saja pada peran yang dilakoni oleh perempuan sebagai tokoh utama maupun pembantu, tetapi juga pada watak yang dimiliki pada tokoh tersebut," katanya. Pada sinetron Cinderalla, Si Eneng, Candy, Azizah, Aisyah dan Soleha, ujar dia, karakter pemeran utama digambarkan sebagaimana konstruksi perempuan di masyarakat, yakni sebagai perempuan yang tidak mandiri, lemah serta lebih mengedepankan emosi daripada rasio.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007