Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Front Persatuan Nasional/Pemimin Wahdatul Ummah (WU-FPN) KH Agus Miftach mengatakan, perlu tafsir dan narasi kitab suci yang lebih komplementer dengan prinsip rasionalitas untuk menyesuaikan sistem nilai dengan realitas sosial. "Sesungguhnya agama, terutama agama Islam memiliki basis rasionalitas yang cukup divergen, seperti zakat, puasa, hemat, adil, jujur, musyawarah yang dapat dikembangkan dengan rasionalitas dunia modern," katanya dalam pelantikan Badan Pengurus Daerah FPN Kepri dan Badan Dakwah dan Sosial Keagamaan WU-FPN, di Batam, Kepri. Dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu, Agus mengatakan, sistem rasional moderen terwujud dalam pelayanan syariah yang tidak memaksa dan mengikatkan diri dengan dogmatisme, seperti bank syariah yang merupakan derivasi syariah tradisional ke tahapan ilmu pengetahuan moderen yang signifikan. Menurut tokoh dari kalangan NU itu, beragama saat ini adalah menafsirkan kembali, merevisi dan mereaktualisasi nilai-nilai dogmatis ke arah rasionalitas yang komplementer yang memungkinkan agama berperan dalam mengisi kekurangan masyarakat liberal moderen. "Terdapat pesimisme dan impersonalitas yang tidak dapat diselesaikan dengan proses politik. Penyesuaian sistem nilai dengan realitas sosial akan melahirkan estetika dan kreativitas keagamaan yang dapat diterapkan dengan ilmu pengetahuan dunia moderen. "Hal ini akan dapat tercapai sublimasi peradaban spiritual baru yang berada dalam tataran ilmu pengetahuan. Jika ini yang dicapai, dunia akan menemukan ideologi moderen baru yang lebih sublime yang tentu akan mendorong tingkat rasionalitas dan perubahan sosial ke arah yang lebih tinggi," katanya. Dengan demikian, kata Agus, agama dengan sistem nilai yang terus menerus mengalami perubahan akan menjadi faktor kompensatoris dalam polaritas dinamik yang tiada henti untuk terus menciptakan sublimasi kebudayaan dan peradaban dalam gerak progresi tanpa akhir. "Inilah makna beragama dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, yang bagi kaum Muslimin Indonesia sudah merupakan bentuk final. Bukan sekedar berteologi, melainkan beremansipasi sampai ke puncak peradaban yang tertinggi, mengisi kehidupan kebangsaan dan kemerdekaan dengan menghadirkan estetika keimanan kita bagi kehidupan yang rahmatan," ujarnya. Agus menambahkan, dunia moderen, kini, telah di dominasi ilmu pengetahuan hampir diseluruh aspek kehidupan, tapi iptek hanya menitikberatkan kepentingan material dan kegiatan praktis sehari-hari. "Tetapi agama sesungguhnya belum berakhir, dalam impersonalitas masyarakat konsumerisme liberal, agama masih mewariskan idealisme etik yang betapapun masih mampu menjadi cara pandang bagi setiap individu. Sekurangnya ini menolong individu agar terhindar dari tindakan pragmatis buta," demikian Ketua Umum FPN KH Agus Miftach.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008