Kalau saya lihat belum waktunya ikut audisi, masih perlu banyak latihan. Tetapi dia kepingin lihat bagaimana audisi di Kudus."
Kudus (ANTARA News) - Mempunyai kakak seorang atlet bulu tangkis menjadi motivasi bagi Muhammad Rasyid Azmi Ghifary, yang belum genap berusia 10 tahun, memilih menjadi atlet sebagai jalan hidupnya.

Rasyid yang saat ini duduk di kelas lima SD Pertiwi Medan, mengikuti audisi umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2016 untuk kelompok umur di bawah 13 tahun (U-13) di Kudus, untuk menggapai mimpinya menjadi atlet bulu tangkis.

"Ini audisi kedua," kata anak bungsu dari tiga bersaudara tersebut. Tahun lalu ia mengikuti audisi yang sama di Medan.

"Saya termotivasi oleh abang," katanya saat ditanya mengapa ia memilih menjadi atlet bulu tangkis. Abang yang dia maksudkan adalah kakaknya, atlet bulu tangkis nasional Muhammad Bayu Pangisthu.

Bayu adalah peserta audisi PB Djarum pada 2009. Itulah mengapa Rasyid juga mengikuti audisi yang sama. Ia ingin seperti kakaknya.

Bahkan demi mengejar impiannya menjadi atlet bulu tangkis, Rasyid bertekad tidak akan pulang ke Medan sekalipun nantinya ia tidak lolos diterima melalui audisi kali ini.

Ayahnya, Edi Ruspandi mengatakan, Rasyid akan tetap tinggal di Kudus untuk mengikuti pelatihan secara privat kepada mantan pemain bulu tangkis, Sulaiman. 

Dengan melepaskan anaknya tetap tinggal di Kudus, Edi ingin tahu apakah Rasyid serius ingin menjadi atlet, dan mampu bertahan hidup berjaungan dengan orangtuanya.


Tidak Direncanakan

Edi mengatakan bahwa semula ia dan anaknya tidak berencana untuk mengikuti audisi di Kudus karena ia menilai anaknya masih perlu banyak berlatih.

"Kalau saya lihat belum waktunya ikut audisi, masih perlu banyak latihan. Tetapi dia kepingin lihat bagaimana audisi di Kudus," katanya.

Seusai mengantar anaknya mengikuti audisi di Kudus, Edi yang juga pengurus sistem informasi database Pengprov PBSI Sumatera Utara itu akan berangkat ke Cirebon untuk menyaksikan anak keduanya, Bayu berlaga pada Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016.

Semula, lanjut Edi, ia beserta keluarga akan ke Cirebon terlebih dahulu untuk menyaksikan PON baru kemudian ke Kudus untuk mendapaftarkan Rasyid mengikuti pelatihan privat bulu tangkis.

"Semula saya kira bulu tangkis hanya hobi, tetapi ternyata setelah ia berlatih dua kali seminggu, kemampuannya meningkat, sehingga akhirnya saya merelakan dia menjadi atlet," kata Edi yang awalnya ingin anaknya mengikuti jejak anak ertamanya, sekolah hingga jenjang pendidikan tinggi.

Karena anaknya memilih untuk mengikuti audisi di Kudus, maka Edi harus mengambil cuti besar dari kantornya, PT Telkom, agar dapat mendampingi Rasyid mengikuti audisi di GOR Djarum Jati Kudus, dan nonton pertandingan di PON.

Pewarta: Fitri Supratiwi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016