Wellington (ANTARA News) - Seorang pilot berhasil mendaratkan pesawatnya di Antartika dengan bantuan alat penglihat malam, sebuah prestasi yang disambut, Sabtu, sebagai bersejarah dan dapat melicinkan jalan bagi penerbangan sepanjang tahun di benua beku tersebut. Pilot C-17 Globemaster milik AU AS terbang dari Christchurch, Selandia Baru, menuju pangkalan Antartika di McMurdo Sound pada Kamis malam, dalam misi pertama kali yang dilukiskan sebagai penuh risiko. Penerbangan perintis ini membuka peluang bagi dilakukannya pendaratan yang aman pada musim dingin kutub yang panjang dan pekat, ketika Matahari menghilang selama berbulan-bulan. Keberhasilan ini akan memungkinkan diturunkannya atau dijemputnya para ilmuwan setiap waktu di sana sepanjang tahun jika penerbangan ini dapat terus berlangsung dan evakuasi medis menjadi hal yang bisa dilakukan selama musim dingin. Letkol Jim McGann, komandan Operation Deep Freeze yang berpangkalan di Selandia Baru, menggambarkan misi itu sebagai "misi yang berbahaya". Menurut McGann, penerbangan itu berisiko tinggi, namun lampu pesawat memantul dengan baik pada kerucut lalu lintas (traffic cone) di landas pacu, sehingga membuat pesawat dapat mendarat tanpa lampu landas pacu elektrik yang sangat sukar dipertahankan dalam cuaca yang luar biasa dingin. "Alat penglihat malam itu sangat fantastik, landasan tampak jelas terlihat dan kami dapat melihatnya dari jarak tiga mil dan menyentuh landasan," katanya kepada Television New Zealand, seperti dilaporkan AFP. Kepala eksekutif Antartika Selandia baru, Lou Samson, mengemukakan pendaratan malam hari membuka jalan bagi digelarnya riset yang lebih besar sepanjang tahun serta dilakukannya evakuasi medis yang aman. C-17 Globemaster dirancang sebagai pesawat yang mampu beroperasi di landas pacu yang pendek dan sempit. Jet angkut udara taktis ini juga dapat beroperasi di landas pacu yang tak rata dan dalam keadaan rusak. Hingga saejauh ini baru AU AS, Inggris, Australia dan Kanada yang mengoperasikan C-17. (*)

Copyright © ANTARA 2008