Jakarta (ANTARA News) - Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Pangkoopsau) II Marsekal Muda TNI Yushan Sayuti mengatakan, pihaknya akan mencek seluruh sistem radar peringatan (Radar Warning System) pesawat Sukhoi SU-30MK2.

Ketika dikonfirmasi ANTARA News di Jakarta, Jumat, ia mengatakan, pihaknya akan mengecek segala kemungkinan menimpa pesawat Sukhoi yang sedang berlatih tersebut.

"Apa pun kemungkinannya akan kita cek. Mulai dari sistem radar pesawat sampai kemungkinan ada pihak asing yang me-"lock" pesawat tersebut," katanya, menambahkan.

Yushan mengemukakan, kerusakan atau `trouble` pada sistem radar pesawat mungkin saja terjadi baik di pesawat tempur buatan barat maupun timur. Jadi, meski pesawat tersebut sudah diuji coba dan hasilnya negatif, tetap ada kemungkinan saat latihan sistem tidak berjalan baik sebagaimana mestinya.

"Ini yang harus dan akan kita cek lebih teliti, tanpa mengabaikan kemungkinan adanya pihak asing yang me`lock` pesawat tersebut," tuturnya

Yushan mengemukakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Komandon Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) TNI dan pihak TNI Angkatan Laut. Dari hasil koordinasi tersebut, tidak ditemukan adanya penerbangan gelap (black flight) atau permintaan ijin terbang lintas di wilayah Indonesia.

Sedangkan dari TNI AL juga dikabarkan tidak ada ijin melintas dari kapal perang dari pihak lain. "Meski begitu, kita akan lakukan pengecekan pula dengan melakukan penyisiran dan kita sudah kerahkan pesawat intai Boeing dari Skadron Udara 5," ungkapnya.

TNI AU baru saja mendapat tiga pesawat Sukhoi SU-30MK2 dari enam yang dipesan untuk melengkapi empat pesawat Sukhoi SU-27SK dan SU-30MK yang telah dimiliki sebelumnya.

Tiga unit Sukhoi SU-30MK2 yang tiba di Indonesia akhir 2008 dan awal Januari 2009 itu, telah mengalami uji coba oleh pilot-pilot Rusia setelah dirakit di Skadron Teknik 044 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar.

Dalam ujicoba selama satu jam tersebut, seluruh sistem ketiga pesawat masing-masing TS-3003, TS-3004 dan TS-3005, dinyatakan berjalan baik termasuk sistem radar peringatan.

Komandan Lanud Sultan Hasanuddin, Marsekal Pertama Ida Bagus Putu Dunia, ketika dihubungi menjelaskan, di masing-masing pesawat yang sedang berlatih itu terdapat instruktur terbang dari Rusia yang sedang melatih dua penerbang tempur TNI AU.

"Alarm missile lock" kedua pesawat berbunyi secara tiba-tiba, tetapi kedua pesawat canggih yang dibeli dari Rusia itu tidak bisa mengenali siapa pihak yang mengunci mereka dengan tembakan misil.

Kedua instruktur itulah yang menyatakan alarm berbunyi karena pesawat di-lock missile. "Saya menerima laporannya sekitar pukul 09.00 WITA," kata Putu.

Menurutnya, pesawat itu melakukan terbang pada ketinggian 15.000-20.000 kaki, atau sekitar 4.572 meter hingga 6.096 meter di atas permukaan laut. "Kami belum mengetahui siapa yang mengunci pesawat kami. Kami telah melakukan pencarian dengan mengirimkan pesawat intai Boeing 737-400 yang telah terbang berkeliling dalam radius sekitar 370 km dari VOR MKS di Makassar, tetapi pencarian itu tidak menemukan apa-apa.

Pesawat Boeing sekarang dalam perjalanan ke Bali, dan melanjutkan pencarian di sekitar wilayah lintasannya," kata Putu.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009