Jenewa (ANTARA News/AFP) - Komite Internasional Palang Merah (ICRC) menyatakan, Rabu, seorang staf lokal Bulan Sabit Merah tewas dalam tembak-menembak di Mogadishu, sebuah insiden yang menggarisbawahi ancaman kematian di ibukota Somalia yang dilanda perang itu.

"Farah Aden Mo`allim sedang bepergian dengan sebuah kendaraan angkutan umum ketika ia terperangkap dalam tembak-menembak dan terkena peluru nyasar," kata ICRC dalam sebuah pernyataan.

"Ia tewas seketika sebelum sempat dibawa ke rumah sakit terdekat," katanya.

ICRC dan Bulan Sabit Merah Somalia, yang mengirim bela-sungkawa kepada keluarga korban, mengungkapkan kekhawatiran mengenai nasib warga sipil yang terperangkap dalam pertempuran dan mendesak kelompok-kelompok yang bertikai mematuhi hukum kemanusiaan internasional.

"Kematian kolega tercinta kami merupakan berita menghancurkan dan sekali lagi menggambarkan betapa berbahayanya tinggal dan bekerja di Mogadishu," kata Ahmed Hassan, presiden Bulan Sabit Merah Somalia.

Kelompok gerilyawan Shebab, yang berperang untuk mendongkel Presiden Sharif Sheikh Ahmed yang mendapat dukungan internasional, pada awal Mei meluncurkan ofensif baru terhadap pemerintah.

Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari sejak itu, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.

Lebih dari 200.000 orang terlantar dalam dua bulan terakhir, sementara ratusan warga sipil diyakini tewas atau cedera, menurut Kantor Komisi Tinggi PBB Urusan Hak Asasi Manusia.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.

Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.

Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.

Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh Shebab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.

Washington menyebut Shebab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara itu.

Pemerintah transisi lemah Somalia tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009