Mogadishu (ANTARA News/Reuters) - Pemboman artileri antara milisi garis keras dan pasukan pemerintah Somalia menewaskan sedikitnya 14 orang dan mencederai 28 lain di Mogadishu, Minggu, kata penduduk dan kelompok hak asasi manusia.

Gerilyawan menembakkan mortir ke arah pasukan pemerintah, yang segera membalas dengan pemboman hebat yang menewaskan warga sipil di sejumlah daerah pinggiran Mogadishu dan membuat penduduk yang ketakutan tetap berada di dalam rumah.

"Empatbelas warga sipil tewas dan 28 lain cedera Sabtu malam dan Minggu pagi dalam tembak-menembak mortir di Mogadishu," kata Ali Yasin Gedi, wakil ketua Organisasi Hak Asasi Manusia dan Perdamaian Elman Mogadishu, kepada Reuters.

"Sebagian besar dari orang-orang ini tewas pagi ini setelah pertempuran artileri hebat," katanya.

Maryan Said, seorang warga di pasar Bakara, mengatakan kepada Reuters melalui telefon, enam orang dari satu keluarga tewas dalam ledakan satu bom, yang juga merenggut tiga jiwa lain di satu rumah berdekatan.

"Rumah mereka hancur sebagian dan mayat mereka berada dalam kubangan darah," katanya.

Bakara, yang terkenal karena pasar senjata terbukanya, telah lama dianggap oleh pemerinth dan pasukan Uni Afrika AMISOM sebagai pangkalan muslim garis keras Al-Shabaab, yang berusaha menggulingkan pemerintah sementara Somalia.

Seorang warga lain, Yonis Maalin, mengatakan, seorang wanita dan dua anaknya tewas ketika sebuah mortir menghantam rumah mereka di daerah Hamar Jajab, yang membuat tamat keluarga kecil itu, yang sudah kehilangan ayah mereka dalam pemboman sebelumnya.

Pejabat pemerintah dan Al-Shabaab belum bisa dihubungi untuk diminta komentar mereka mengenai hal itu.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.

Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.

Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.

Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.

Washington menyebut al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Gerilyawan muslim garis keras, yang meluncurkan ofensif sejak 7 Mei untuk menggulingkan pemerintah sementara dukungan PBB yang dipimpin oleh tokoh moderat Sharif Ahmed, meningkatkan serangan-serangan mereka.

Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari sejak itu, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.

Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009