Sukadana, Lampung Timur (ANTARA News) - Sejumlah petani di Kabupaten Lampung Timur mengembangkan pembasmi hama berbahan organik, karena dinilai menghemat biaya dan lebih ramah bagi lingkungan.

"Sebelumnya kami menggunakan bahan yang alami (organik) untuk membasmi hama keong dan ulat, kemudian berkembang membuat obat pembasmi hama lain," kata seorang petani, Suharso (45), di Kecamatan Raman utara Lampung Timur, sekitar 60 km sebelah timur dari Bandarlampung, Rabu.

Menurutnya, usaha mengembangkan bahan organik untuk obat pembasmi hama itu sudah dilakukan setahun terakhir, namun jenis hama yang menjadi sasaran obat hanya keong dan ulat.

"Awalnya kami ingin mengatasi hama keong dan ulat yang menyerang sayuran kangkung, namun tidak mencemari lingkungan dari bahan kimia," katanya.

Dia menambahkan, bahan untuk membuat obat pembasmi hama terutama keong dan ulat ialah dari buah maja.

"Maja merupakan buah yang sangat pahit rasanya, sehingga ketika digunakan untuk menyeprotkan ke tanaman maka hama tidak mau memakannya," tuturnya.

Pemanfaatan bahan organik atau alami untuk pembasmi hama juga dikembangkan oleh Aris (22), petani di Desa Telogorejo, Batanghari, Lampung Timur, yang mengatakan penggunaan bahan organik bisa dilakukan untuk membasmi ulat, bahkan tikus.

"Saya mencoba memanfaatkan umbi gadung atau umbi yang mengadung racun untuk disemprotkan ke tanaman," paparnya.

Umbi gadung, lanjutnya, biasanya mengadung getah yang cukup beracun. Jika masih basah, buah itu mengandung lendir yang sangat gatal.

"Jika umbi gadung basah dikupas, lalu dicampur dengan air bisa digunakan untuk obat pembasmi ulat, keong, bahkan tikus," ujarnya.

Penggunaan bahan organik sebagai obat pembasmi hama cukup efektif untuk mengatasi serangan hama.

Selain itu obat pembasmi hama organik lebih murah dan tidak mencemari lingkungan karena bahannya dapat langsung diserap tanah.
(T.PSO-047/H009/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010