Wasit Shokri Nor asal Malaysia memberikan penalti untuk Persela setelah melihat tangan salah satu pemain Semen Padang menyentuh bola di kotak terlarang saat laga memasuki menit ke-24.
Kapten tim Persela Fabiano Rossa Beltrame yang mengambil eksekusi penalti, sukses menaklukkan penjaga gawang Samsidar dan membawa "Laskar Joko Tingkir" memimpin.
Semen Padang meningkatkan tekanan untuk mengejar ketinggalan, tetapi sejumlah peluang gagal berbuah gol. Hingga babak pertama berakhir, skor 1-0 untuk tuan rumah tetap bertahan.
Pada babak kedua, Semen Padang kembali bermain agresif lewat duet Wilson Junior dan Saktiawan Sinaga. Mantan pemain timnas ini sempat menjebol gawang Persela di menit ke-68, tapi wasit menganulir gol itu karena posisi Saktiawan lebih dulu "offside".
Persela nyaris menambah keunggulan melalui pemain pengganti Feri Ariawan, namun sontekannya masih menyamping tipis di sebelah kiri gawang Samsidar.
Memasuki menit akhir, giliran Semen Padang yang mengancam gawang Persela, tetapi penjaga gawang Choirul Huda berhasil menahan tendangan keras Dedi Kusnandar.
Kemenangan ini merupakan yang kelima diraih Persela dalam enam laga yang sudah dimainkan pada putaran kedua, dengan satu pertandingan lainnya berakhir seri saat menjamu Pelita Jaya.
"Sejak awal saya sudah memprediksi pertandingan akan ketat dan kami beruntung bisa menang. Anak-anak bermain disiplin dan menjalankan instruksi dengan baik," kata pelatih Persela Subangkit usai pertandingan.
Sementara itu, Pelatih Semen Padang Nil Maizar menyatakan sangat kecewa dengan kepemimpinan wasit asal Malaysia yang kurang adil dan sering merugikan timnya.
"Kalau wasit asing kualitasnya seperti itu, masih lebih baik wasit sendiri (Indonesia)," katanya.
Kekalahan atas Persela ini, menggagalkan ambisi Semen Padang untuk memperpendek jarak dengan pimpinan klasemen Persipura Jayapura menjadi tiga poin.
Saat ini, Semen Padang di peringkat kedua dengan nilai 38, sedangkan Persipura kokoh di puncak dengan keunggulan enam angka. (*)
(D010/A032)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011
