Mogadishu (ANTARA News) - Sejumlah orang bersenjata tak dikenal menembaki dua masjid di negara bagian Puntland, Somalia, menewaskan sedikitnya enam orang dan mencederai puluhan, kata penduduk dan pejabat keamanan, Minggu.

Beberapa warga yakin bahwa serangan-serangan itu ditujukan pada masjid yang dikelola oleh gerilyawan Al-Shabaab yang terkait dengan Al-Qaeda, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan bom pinggir jalan beberapa jam sebelumnya yang menewaskan seorang ulama terkenal yang juga pejabat tinggi pemerintah Puntland, demikian Reuters melaporkan.

Serangan-serangan terhadap masjid pada Sabtu malam dan Minggu pagi di Galkayo itu menewaskan enam orang, dan pemerintah segera memerintahkan semua masjid di kota itu ditutup untuk sementara karena kekhawatiran akan serangan lebih lanjut.

Puntland biasanya relatif damai dibanding dengan wilayah-wilayah lain Somalia namun kekerasan dan ketidakstabilan meningkat akhir-akhir ini di sana. Wilayah Somalia utara itu juga merupakan sarang utama perompak yang membuat kekacauan di dunia pelayaran di lepas pantai negara Tanduk Afrika tersebut.

"Tampaknya itu deklarasi perang agama," kata Mohamed Ali Yusuf, seorang pejabat keamanan Puntland, kepada Reuters.

"Kami telah menangkap sejumlah tersangka. Kami melakukan penyelidikan dan pasukan kami berpatroli di kota itu," tambahnya.

Sebelumnya Sabtu, seorang ulama Sufi moderat ternama yang juga pejabat tinggi di kementerian kehakiman dan keagamaan Puntland tewas di kota itu setelah bom yang dikendalikan dari jarak jauh meledakkan mobilnya, beberapa jam sebelum serangan pertama terhadap masjid tersebut.

"Saya yakin Al-Shabaab bertanggung jawab atas pembunuhan ulama itu karena ia melakukan lobi untuk melenyapkan Al-Shabaab dari kawasan tersebut," kata Sheikh Osman Mo`alim, seorang ulama, kepada Reuters dari Galkayo.

Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.

Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli lalu.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.

Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.

Serangan-serangan bom pada 11 Juli itu dilakukan di sebuah restoran dan sebuah tempat minum yang ramai di Kampala ketika orang sedang menyaksikan siaran final Piala Dunia di Afrika Selatan.

Pemimpin Al-Shabaab telah memperingatkan dalam pesan terekam pada Juli bahwa Uganda akan menghadapi pembalasan karena peranannya dalam membantu pemerintah sementara Somalia yang didukung Barat.

Uganda adalah negara pertama yang menempatkan pasukan di Somalia pada awal 2007 untuk misi Uni Afrika yang bertujuan melindungi pemerintah sementara dari Al-Shabaab dan sekutu mereka yang berhaluan keras di negara Tanduk Afrika tersebut.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011