Makassar (ANTARA News) - Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Prof Dr Idrus A Paturusi mengatakan, dalam rapat rektor PTN se-Indonesia 20 Januari 2012 akan coba digagas pembayaran Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) tunggal di PTN.

"Dengan SPP tunggal tersebut, tidak ada lagi pembayaran lain di perguruan tinggi negeri," kata Idrus Paturusi yang juga Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) di Makassar, Kamis, ketika membuka Pertemuan Para Dekan Fakultas Teknik/Politeknik se-Indonesia Bagian Timur bagi Menguatkan Jaringan.

Di Unhas sekarang, selain pembayaran SPP, juga ada pembayaran untuk biaya wisuda dan KKN. Nanti itu tidak ada lagi, tetapi masih harus dihitung `unit cost' (rincian pembayaran)-nya, ujar Idrus.

Menurut dia, hanya yang menjadi masalah adalah jika terjadi kenaikan SPP pasti akan dapat reaksi dari para mahasiswa, sehingga hal ini harus diperhitungkan matang-matang "Social cost" (biaya dan harga sosial)-nya lebih tinggi.

Pada masa mendatang, lanjutnya, juga akan coba dikembangkan 'credit earning' (pengambilan kredit mata kuliah) ke satu perguruan tinggi negeri tertentu tanpa mahasiswa tersebut harus membayar di perguruan tinggi penerima.

Ia memberikan contoh, mahasiswa Papua dapat mengambil kredit di ITB, begitu pun sebaliknya. Kegiatan ini tidak akan menjatuhkan kelas PTN yang lebih maju, tetapi akan menjadikan mahasiswa itu memiliki pengetahuan yang sempurna dan ada hubungannya dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sehubungan dengan pengembangan Fakultas Teknik/Politeknik, Rektor Unhas menginginkan adanya link (jaringan) dengan dunia industri. Laboratorium yang kelak dimiliki Fakultas Teknik Unhas di Parangloa Gowa yang menurut para ahli Jepang terbaik dan sama dengan di Jepang, dapat dimanfaatkan bersama oleh PTN di Kawasan Timur Indonesia untuk kepentingan riset.

"Dengan cara seperti ini, Unhas tidak akan maju dan berkembang sendiri, tetapi juga memberi peluang kepada PTN lain juga mengalami kemajuan dan perkembangan," ujar Idrus yang juga menjabat Ketua Konsorsium Perguruan Tinggi Negeri Kawasan Timur Indonesia (KPTN KTI).

Pertemuan sehari yang dihadiri juga mantan Dirjen Pendidikan Tinggi Prof Dr Satrio Sumantri Brodjonegoro yang hadir atas nama ITB tersebut, menurut Ketua Panitia Pelaksana Dr Muhammad Ramli, dimaksudkan membangun jaringan sesama Fakultas Teknik/Politeknik se-Kawasan Timur Indonesia bekerja sama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Kita juga sedang menyusun proposal untuk memperoleh hibah yang kelak juga dapat merangkul Fakultas Teknik/Politeknik lainnya di kawasan ini untuk maju dan berkembang bersama," ujar Muhammad Ramli.

Perguruan tinggi yang hadir dalam pertemuan itu, Unhas, ITB, Politeknik Negeri Samarinda, Politeknik Pertanian Samarinda, Universitas Mulawarman Samarinda, Universitas Negeri Makassar, Universitas Haluoleo Kendari.

Selain itu, Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Tadulako Palu, Politani Unhas Pangkep, Universitas Khaerun Ternate, Universitas Pattimura Ambon, Politeknik Negeri Kupang, Universitas Negeri Papua Manokwari, Universitas Nusa Cendana Kupang, Politeknik Perikanan Negeri Tual, Universitas Cenderawasih Jayapura, Universitas Musamus Merauke dan Universitas Sam Ratulangi Manado.
(T.KR-DF/F003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012