Depok (ANTARA) - Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI Hilmar Farid, Ph.D. mengatakan keberagaman perlu dilindungi karena pelindungan terhadap keragaman adalah syarat keberhasilan pembangunan.

Hal tersebut dikatakan Hilmar Faird dalam acara Dies Natalis ke-83 Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia pada 2022, dengan tema “Kembali ke Budaya: Melayari Keberagaman, Merayakan Kebinekaan” di Auditorium Gedung IX FIB UI, Kampus Depok, Jawa Barat, Senin.

Menurut Hilmar, masyarakat Indonesia sangat beragam dan memiliki sejarah serta ekspresi budaya yang beragam pula. Artinya, masyarakat memiliki jalannya sendiri untuk berkembang.

"Inilah yang kita maksud dengan kebudayaan sebagai metode. Kebudayaan bukan cuma kita ambil secara oportunistik, namun ditempatkan di hulu segala usaha, dan dari sanalah berbagai kepentingan disesuaikan dengan keragaman budaya yang ada," katanya.

Baca juga: UI berdayakan masyarakat dalam Festival Budaya Komodo 3-5 November

Baca juga: Pakar K3 UI: Tragedi Stadion Kanjuruhan gambaran lemahnya budaya K3


Menurut dia, dalam pendekatan kebudayaan sebagai metode, warisan budaya baik yang bersifat tangible maupun intangible dilihat sebagai sumber daya yang justru akan membantu usaha pembangunan sebagai plural project,” ujar Hilmar.

Sedangkan, Guru Besar FIB UI Prof. Dr. R. Cecep Eka Permana menyebutkan mari kita kembali ke budaya agar kita dapat melayari keberagaman dalam ilmu pengetahuan dengan mengajak disiplin lain berkolaborasi memecahkan permasalahan budaya.

"Hasil kolaborasi yang dijalankan Insya Allah akan dapat ‘Merayakan Kebinekaan’ dalam budaya Indonesia yang dikembangkan di FIB UI," katanya.

Sementara itu Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro mengatakan bahwa tema yang diusung dalam Dies FIB diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan fungsi dan peran budaya bagi Indonesia dalam kaitannya dengan eksistensi dan integritas bangsa.

Puncak acara dies natalis diselenggarakan pada Senin (5/12) di Auditorium Gedung IX FIB UI, Kampus Depok, Jawa Barat. Tema tersebut terinspirasi dari founding fathers bangsa Indonesia perintis tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan prinsip menjadikan perbedaan sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Dari “Bhinneka Tunggal Ika”, kita dapat memaknai kearifan berbagai suku, etnik, dan agama yang bersatu sebagai suatu identitas. Konsepsi kebinekaan dibatasi pada ruang lingkup keberagaman yang bersifat kodrati, sebagai kesediaan untuk menerima kelompok lain tanpa memedulikan perbedaan budaya.*

Baca juga: Akademisi UI: Konsep pemasaran museum perlu disesuaikan dengan budaya

Baca juga: Dekan Fasilkom UI: Perlu sentuhan budaya pada teknologi

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022