Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia jatuh menembus 75 terhadap dolar pada awal perdagangan Jumat, memperpanjang tren pelemahan baru-baru ini yang dipicu oleh embargo atas produk minyak Rusia dan pemulihan impor yang stabil, yang telah meningkatkan permintaan mata uang asing.

Pada pukul 07.06 GMT, rubel melemah 0,4 persen terhadap dolar menjadi diperdagangkan pada 75,15, setelah jatuh ke 75,2525 di pembukaan sesi, level terlemah sejak 25 April.

Mata uang Rusia juga telah kehilangan 0,1 persen untuk diperdagangkan pada 79,99 versus euro, dan tergelincir 0,3 persen terhadap yuan menjadi diperdagangkan pada10,90.

Mata uang Rusia mungkin menghadapi hambatan lebih lanjut karena pemimpin Uni Eropa membahas serangkaian sanksi baru terhadap Rusia atas tindakannya di Ukraina, dengan politisi, pemimpin militer, dan bank Rusia diperkirakan akan menjadi sasaran.

Kementerian Keuangan Rusia pada Jumat mengatakan tetap dengan rencana untuk membukukan defisit anggaran tidak lebih dari 2,0 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2023, meskipun pengeluaran yang tinggi dan pendapatan energi yang merosot berkontribusi pada penurunan besar pada Januari.

Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, turun 1,3 persen menjadi diperdagangkan di 84,0 dolar AS per barel.

Indeks saham Rusia lebih rendah.

Analis Sinara Investment Bank mengatakan saham bisa melihat penurunan moderat sebelum akhir pekan, dengan pembeli tidak mungkin menunjukkan banyak minat sebelum pidato tahunan Presiden Vladimir Putin ke parlemen, yang dijadwalkan pada 21 Februari.

Indeks RTS berdenominasi dolar turun 0,6 persen menjadi diperdagangkan di 901,4 poin, mencapai level terendah 10 bulan. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel diperdagangkan 0,2 persen lebih rendah pada 2.147,3 poin.

Baca juga: Rubel di terendah 10 bulan terhadap dolar AS, aliran masuk valas minim

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023