Oleh karena itu, SSI menjadi wadah yang tepat di mana founders tahap awal bisa belajar dan berdiskusi
Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 17 startup siap mempresentasikan bisnisnya untuk pengembangan lebih lanjut (scale up) setelah empat bulan mendapatkan dukungan dan bimbingan melalui program akselerator Startup Studio Indonesia (SSI) Bacth 6 dari Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Tujuh belas startup yang telah mencapai Product Market Fit/PMF (kesesuaian produk terhadap kebutuhan pasar) itu berkesempatan mempresentasikan bisnis dan capaiannya kepada para pemangku kepentingan, seperti lembaga pemerintah dan modal ventura.

"Indonesia kerap dikenal sebagai salah satu ibukota startup digital di Asia Tenggara, terlebih karena banyaknya jumlah startup yang bermunculan setiap tahunnya. Untuk itu, Kominfo berkomitmen untuk terus mendampingi para founders dalam pengembangan bisnisnya, serta membentuk ekosistem digital di Indonesia agar terjadi transfer of knowledge & experience, termasuk dalam menghadapi tech winter saat ini," kata Koordinator Startup Digital Direktorat Jenderal Aplikasi dan Informatika Kemenkominfo Sonny Hendra Sudaryana dalam pernyataan pers, Senin. 

Diluncurkan sejak tahun 2020, SSI merupakan program tahunan Kemenkominfo yang bertujuan untuk mendampingi dan melatih startup tahap awal (early-stage) mencapai PMF. Konsistensi dan kualitas program inkubator ini terbukti efektif meluluskan total 80 alumni startup dari 5 batch terdahulu, di mana para alumni berhasil scale up dan mengembangkan bisnisnya, baik dengan meraih pendanaan, investor baru, hingga memperluas jangkauan operasional.

Baca juga: Kurikulum Startup Studio Indonesia terbukti tepat guna

Menurut data SSI, alumni yang berhasil mendapatkan pendanaan tahap awal setelah lulus dari program ini berkisar 13-40 persen di setiap batch-nya. Per Desember 2022, total pendanaan yang mengalir ke alumni SSI telah mencapai Rp392,1 miliar.

"Oleh karena itu, SSI menjadi wadah yang tepat di mana founders tahap awal bisa belajar dan berdiskusi langsung dengan para mentor berpengalaman dari startup ternama," kata Sonny menambahkan.

Dukungan terhadap startup tahap awal tidak berhenti seiring dengan berakhirnya program SSI. Kemenkominfo masih terus berinteraksi dan memantau perjalanan masing-masing alumni melalui Program Alumni. Selain itu, Kemenkominfo pun mengadakan sesi coaching tambahan dan pertemuan rutin untuk mempererat peran SSI sebagai wadah ekosistem digital yang komprehensif.

Kehadiran SSI sebagai wadah ekosistem mempermudah pelaku startup di Indonesia untuk bertemu, berjejaring, dan menjalin kolaborasi satu sama lain.

Baca juga: Praktisi ungkap tren pengembangan startup di 2023

Menurut Co-founder startup Praktis Adrian Gilrandy, ada beberapa tantangan untuk memperbesar peluang, di antaranya dari segi fundraising, khususnya untuk startup growth-stage. Dalam hal ini, proses due-dill akan lebih panjang dan terperinci.

Namun, untuk early-stage startup, diprediksi akan lebih mudah untuk mendapatkan fundraising, selama startup mampu meyakinkan investor mengenai model bisnis (meski belum ada pendapatan, setidaknya ada rencana monetisasi yang jelas), serta produk atau jasa yang mampu menyelesaikan isu yang tengah dihadapi target audiens.

"Selain itu, penting juga untuk selalu mempertahankan pencatatan dan dokumentasi operasional serta pertumbuhan perusahaan serapi dan semaksimal mungkin, karena ini semua dasar pengambilan keputusan dan kredibilitas perusahaan di mata investor," kata Co-founder and Finance Director Zi.Care Ferdiansyah.

CEO dan Co-founder Broom Pandu Adi Laras menambahkan bahwa pada tahap awal, pemilihan model bisnis sangat penting. broom.id selama ini berupaya untuk selalu membuat produk yang benar-benar memecahkan masalah di industri mobil bekas dan tidak lupa untuk memastikan produk tersebut memiliki unit economics yang masuk akal untuk dijalankan bahkan ketika skalanya masih kecil.

Baca juga: Kemenkominfo sebut "startup" berpotensi besar kembangkan "e-goverment"

Pewarta: Suryanto
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023