Negara ini berada di ambang bencana inflasi besar
Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia menguat terhadap dolar dan euro pada awal perdagangan Kamis, didukung oleh faktor domestik tetapi masih dilumpuhkan oleh kekhawatiran geopolitik, dengan pelaku pasar fokus pada bank sentral, yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada Jumat (21/7/2023).

Pada pukul 07.15 GMT, rubel diperdagangkan 0,1 persen lebih kuat terhadap dolar di 91,28, dan telah naik 0,2 persen untuk diperdagangkan pada 102,41 versus euro setelah memotong level terendah 16 bulan di 102,8175 pada pembukaan perdagangan.

Tetapi, mata uang Rusia itu telah turun 0,4 persen terhadap yuan menjadi diperdagangkan pada 12,69.

Rubel secara bertahap melemah sepanjang tahun karena ekspor turun dan impor pulih, tetapi tekanan meningkat setelah pemberontakan bersenjata yang gagal oleh kelompok tentara bayaran Wagner pada akhir Juni. Serangan terhadap infrastruktur Rusia juga mengurangi selera risiko.

Para analis yang disurvei oleh Reuters pada Senin (17/7/2023) memperkirakan Bank Sentral Rusia akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 8,0 persen, dengan penurunan tajam rubel dalam beberapa pekan terakhir menambah tekanan inflasi yang sudah meningkat dari kekurangan tenaga kerja dan permintaan konsumen yang kuat.

Namun, data inflasi minggu ini menunjukkan lonjakan ekspektasi inflasi rumah tangga untuk Juli dan percepatan harga konsumen mingguan Rusia telah menyebabkan beberapa orang merevisi perkiraan, mengantisipasi langkah suku bunga yang lebih ketat.

"Negara ini berada di ambang bencana inflasi besar," kata Ekonom CentroCreditBank Yevgeny Suvorov. "Tapi itu masih bisa dicegah."

Data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, jatuhnya mata uang rubel dan lonjakan belanja konsumen memerlukan langkah yang lebih menentukan daripada perkiraan sebagian besar kenaikan 50 basis poin, katanya.

"Tidak dikecualikan bahwa ini akan naik 100 basis poin, dan bahkan mungkin naik 150."

Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, naik 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 79,56 dolar AS per barel.

Harga minyak yang lebih tinggi, kenaikan suku bunga, berkurangnya permintaan domestik untuk mata uang asing dan pembayaran pajak akhir bulan yang akan datang oleh eksportir akan menopang rubel.

"Rubel kemungkinan akan tetap mendekati 91 terhadap dolar pada Kamis, tetapi akan menguat pada Jumat (21/7/2023) dan minggu depan," kata analis Sberbank dalam sebuah catatan.

Indeks saham Rusia lebih rendah. Indeks RTS berdenominasi dolar turun 0,3 persen menjadi diperdagangkan di 1.012,2 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel diperdagangkan 0,4 persen lebih rendah pada 2.932,8 poin.

Baca juga: Rubel Rusia tergelincir dekati level terendah 16 bulan terhadap euro
Baca juga: Rubel jatuh karena harga minyak turun setelah ledakan Jembatan Krimea

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023