Jakarta (ANTARA) - Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) menyelenggarakan sosialisasi melawan stunting kepada masyarakat yang berada di perbatasan Timor Leste.
 
Sosialisasi kesehatan yang menyasar remaja, ibu rumah tangga, dan kader kesehatan itu berlangsung di Desa Silawan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, pada 14-16 Agustus 2023.
 
"Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sebagai salah satu cita-cita bangsa Indonesia, yakni memajukan kesejahteraan umum," kata Koordinator Bidang Sosial Lingkungan BEM UI 2023, Kevin Wisnumurthi dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
 
Kegiatan itu merupakan bagian dari program Tapal Batas UI yang terwujud melalui kolaborasi BEM UI sebagai elemen mahasiswa yang didukung oleh hibah pendanaan dari Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat serta Direktorat Kemahasiswaan Universitas Indonesia.
 
Kevin mengatakan program Tapal Batas UI adalah bentuk komitmen BEM UI dalam membantu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia.
 
Menurut dia, saat ini belum semua orang bisa merasakan sehat seutuhnya. Salah satu masalah kesehatan utama yang menghantui masyarakat Indonesia adalah stunting.
 
"Stunting berbahaya karena dapat merenggut masa depan pemuda-pemudi yang seharusnya kelak dapat menjadi penerus bangsa. Mirisnya, permasalahan segenting itu masih sangat marak di berbagai penjuru negeri," kata Kevin.
 
"Berangkat dari kesadaran tersebut, kami memilih Nusa Tenggara Timur sebagai lokasi berkegiatan mengingat provinsi tersebut memiliki persentase stunting tertinggi," imbuhnya.
   
Wakil Kepala Departemen Sosial Masyarakat BEM UI 2023, Maritza Adelia Syawal mengatakan stunting adalah permasalahan yang sangat kompleks, sehingga pengentasan stunting mensyaratkan pendekatan yang holistik.
 
Sosialisasi tidak bisa hanya menggunakan pendekatan rehabilitatif-kuratif, tetapi perlu juga memfokuskan pada pendekatan promotif-preventif.
 
"Pendekatan rehabilitatif-kuratif menjadi semakin tidak relevan karena dampak stunting bersifat irreversible atau tidak dapat dikembalikan. Jadi, cara terbaik untuk memberantas stunting adalah dengan pencegahan," kata Adel.
 
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa remaja, ibu rumah tangga, dan kader kesehatan punya peran penting dalam mencegah stunting pada anak.
 
Remaja perlu diberikan edukasi karena mereka yang kelak akan menikah dan mempunyai anak. Lalu, ibu rumah tangga juga penting, terutama mereka yang sedang mengandung dan memiliki anak di 1.000 hari usia kelahiran.
 
"Terakhir, kader kesehatan juga wajib mendapatkan pembekalan karena merekalah yang nantinya akan jadi penggerak untuk mandiri dalam menyosialisasikan stunting," kata Adel.
 
BEM UI melakukan sosialisasi kesehatan melawan stunting kepada remaja dengan memberikan materi tentang pernikahan dini, kesehatan reproduksi, dan pentingnya konsumsi tablet tambah darah.
 
Sementara itu, para ibu rumah tangga diberikan materi tentang gizi seimbang, ASI eksklusif, imunisasi, dan praktik pembuatan makanan pengganti air susu ibu (MPASI).
 
Selanjutnya, para kader kesehatan diberikan pemahaman tentang nutrisi, mindfulness, dan pelatihan pengukuran bayi.
 
"Kami berharap sosialisasi itu dapat bermanfaat dalam upaya pengentasan stunting," ucap Adel.

Baca juga: Ketua Banggar DPR yakin tidak ada lagi kemiskinan ekstrem pada 2024

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023