Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik Prof Dr Maswadi Rauf meyakini timbunan ratusan senjata dan ribuan amunisi yang ditemukan di rumah seorang petinggi AD tak ada hubungannya dengan politik tingkat tinggi dan lebih cenderung kepada bisnis murni. "Saya cenderung melihat ini bisnis murni perdagangan senjata ilegal, tak ada hubungannya dengan dukungan terselubung terhadap kelompok tertentu, kerusuhan di sejumlah daerah, apalagi kemungkinan kudeta," kata Guru Besar FISIP UI itu di Jakarta, Sabtu. Namun, lanjutnya, kecurigaan masyarakat akan kemungkinan hubungan sempalan TNI dengan sejumlah kerusuhan di tanah air atau kemungkinan lainnya menjadi wajar akibat kelemahan dan kelalaian sistem logistik TNI AD itu. "Banyak pihak yang juga tentu masih ingat pernyataan petinggi GAM (Gerakan Aceh Merdeka -red) bahwa kalau mau membeli senjata, beli saja ke Jakarta, meskipun ini tidak menafikan kemungkinan pembelian senjata ilegal GAM dari negeri tetangga," katanya. Sebelumnya Puspom TNI menemukan sejumlah senjata api lengkap dengan amunisinya di kediaman pribadi Wakil Asisten Logsitik KSAD, Almarhum Brigjen Koesmayadi, di Jalan Pangandaran No 15, Ancol, Jakarta Utara. Ratusan senjata dan ribuan amunisi itu terdiri dari 145 senjata (jenis SS-1, M-16, MP-5 dan AK) sebanyak 96 laras panjang, 7 laras panjang tidak beralur dan 42 laras pendek, 9 granat (5 granat tangan dan 4 granat asap), 28.985 butir amunisi serta 28 buah teropong. Meskipun tidak berarti terkait langsung dengan elit militer yang sekarang berada dalam lingkar kekuasaan, menurut dia, fakta ini tentu terkait dengan sejumlah perwira lainnya karena Kusmayadi tak mungkin bekerja sendirian. "Mereka ini harus dihukum untuk membersihkan nama TNI AD, tak perlu ditutup-tutupi," katanya. Ia juga mengatakan, persenjataan militer seharusnya tercatat dalam sistem yang ketat, yang tidak memungkinkan adanya kebocoran, karena hal ini mencerminkan tingkat profesionalitas TNI AD.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006