Kupang (ANTARA News) - Pulau Timor di Provinsi Nusa Tenggara Timur saat ini masih terus dikepung banjir karena hujan lebat dalam sepekan terakhir ini. Sebanyak lima kabupaten dilaporkan dilanda banjir.

"Lima Kabupaten yang ada dalam Pulau Timor masing-masing Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu dan Kabupaten Malaka, kini tengah dikepung banjir, sehingga perlu partisipasi banyak pihak untuk membantu menolong korban dan membagikan bantuan tanggap darurat," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, Tini Thadeus, dihubungi di Kupang, Selasa.

Ia mengatakan banjir yang terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) beberapa hari terakhir tidak saja merendam rumah tinggal dan tanaman warga, tetapi juga memutuskan beberapa ruas jalan dari desa ke kota kecamatan dan ke ibukota kabupaten. Akibatnya aktivitas masyarakat karena pergerakan transportasi lumpuh.

"Lumpuhnya transportasi di beberapa titik di wilayah TTS karena adanya longsor akibat guyuran hujan lebat dalam sepekan terakhir," katanya.

Dia menyebut jalan yang menghubungkan Desa Nunkolo dan Desa Boking, saat ini lumpuh total karena jalan putus di kampung Oenitas, Desa Kokoi, Kecamatan Amantun Selatan. Longgsor juga terjadi di Desa Kolotopen, Kecamatan Amanatun Selatan, sehingga memutuskan jalan yang menghubungkan Desa Oenlasi dan Desa Sunu.

Akibatnya masyarakat di Kecamatan Nunkolo dan Kecamatan Boking yang ingin ke kota SoE harus lewat Betun ibu kota Kabupaten Malaka.

Sementara dari Kabupaten Timor Tengah Utara dilaporkan, banjir kiriman dari beberapa ruas sungai yang masuk ke Sungai Noemuti, Kecamatan Noemuti, Kabupaten TTU merobohkan satu dari tujuh tiang jembatan yang dibangun 2011.

Bahkan katanya, material untuk pembangunan lanjutan jembatan Kote, juga terbawa banjir yang tingginya mencapai lima meter.

"Sebuah tiang beton penyangga, gelagar jembatan Kote di kawasan perkampungan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara,  yang baru setahun dibangun dengan menggunakan anggaran sebesar Rp3,5 milyar berasal dari anggaran daerah, ambruk diterjang banjir yang melanda daerah tersebut, setelah diguyur hujan hebat selama empat hari terakhir," katanya.

Sementara di Kabupaten Malaka, yang terletak di barat Pulau Timor itu, terkena banjir akibat Sungai Benanain yang menjadi ikon di daerah otonomi baru itu meluap dan membuat ribuan warga yang bermukim di 36 desa di tiga kecamatan di Kabupaten Malaka kini hidupnya dalam ancaman karena hujan masih terus mengguyur wilayah perbatasan Indonesia Timor Leste ini.

"Sebagian warga yang terjebak di tengah sisa tanah yang kering tak jauh dari Jembatan Benanain (jembatan terbesar kedua di Provinsi Nusa Tenggara Timur). Saat ini mereka hanya menunggu bala bantuan dari luar untuk menyelamatkan warga di wilayah itu.

Menurut Tini Thadeus, banjir yang merendam 36 desa ini merupakan terparah dan terbesar sepanjang sejarah luapan sungai terlebar di NTT ini.

Karena meskipun hingga kini belum menelan korban jiwa, namun menghanyutkan sekitar 47 rumah dan merusakan sekitar seratus 26 rumah.

Ia mengatakan tahun 2000 silam banjir yang sama juga menerjang 36 desa di tiga kecamatan dan merenggut 220 jiwa.

Dia mengatakan saat ini tim penanggulangan bancana dari Provinsi menyatu dengan masyarakat yang tidak menjadi korban di sekitar wilayah luapan banjir, menyalurkan bantuan yang sifatnya tanggap darurat, berupa tenda, makanan siap saji dan bantuan kemanusiaan lainnya.

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013