Ambon (ANTARA) - Komunitas Moluccas Coastal Care (MCC) berkolaborasi bersama Thresher Shark Indonesia (TSI) mengedukasi pengenalan satwa hiu tikus bagi anak-anak di Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

“Kegiatan edukasi hiu tikus bagi anak-anak di Kepulauan Banda dilakukan melalui kolaborasi bersama MCC yang juga memiliki visi sejalan yakni melakukan edukasi pelestarian lingkungan bagi anak-anak di pulau kecil, termasuk di Kepulauan Banda,” kata anggota Tim Edukasi, Cyecil Pical, Ambon, Selasa.

Kegiatan edukasi dengan tema “Sosialisasi Mengenal Hiu Tikus” dilakukan pada 30 sekolah mulai dari tingkat SD/sederajat, SMP/sederajat dan SMA/sederajat di Pulau Banda Neira, Pulau Banda Besar, Pulau Sjahrir, Pulau Hatta, Pulau Ai dan Pulau Run dengan jumlah siswa sebanyak 1.054 siswa.

“Melalui edukasi ini anak-anak belajar mengenal karakteristik hiu tikus dan upaya-upaya yang harus dilakukan untuk terlibat melindungi hiu tikus,” ujarnya.

Baca juga: PSDKP tak lakukan nekropsi hiu tutul terdampar di Jembrana

Baca juga: KKP kuburkan hiu paus seberat satu ton di Bali


Karakteristik hiu tikus yang unik antara lain memiliki ekor yang panjang dan biasanya digunakan untuk menangkap mangsanya, memiliki mata besar, mulut yang kecil, tubuh berwarna biru keabu-abuan, mampu melompat hingga enam meter di atas permukaan air laut, serta makanan favoritnya adalah ikan kecil, termasuk ikan layang atau ikan tali-tali yang merupakan salah satu potensi ikan terbesar di Kepulauan Banda.

Melalui edukasi ini juga anak-anak berkomitmen untuk membantu menjaga pelestarian hiu tikus dengan cara tidak menangkap hiu tikus, tidak membuang sampah ke laut untuk menjaga rumah bagi hiu tikus.

Selain itu, Cyecil beserta tim edukasi lainnya, Engle Tahalea dan Bernabas Djukarlem juga ikut menyebarkan informasi bagi orang tua anak-anak yang sebagian besar adalah nelayan agar tidak menangkap hiu tikus dan melepasnya apabila ikut tertangkap secara tidak sengaja.

Ia mengatakan, selama kegiatan edukasi dilakukan, antusias anak-anak dan pihak sekolah sangat baik. Ada anak-anak yang menyampaikan bahwa mereka sudah pernah melihat hiu tikus, namun ada juga yang belum.

“Mereka senang telah belajar mengenal hiu tikus, sehingga lewat ciri-ciri dan informasi yang dipelajari, mereka bisa bersama-sama membantu menjaga hiu tikus yang ada di Laut Banda,” katanya.

Direktur MCC, Teria Salhuteru mengatakan hiu tikus (Alopias pelagicus) merupakan salah satu hewan laut yang dilindungi.

Pada 2016, hiu tikus disepakati masuk ke dalam daftar Appendix II The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) pada Conference of the Parties CITES ke-17 di Afrika Selatan.

Daftar Appendix II, berisi daftar satwa yang terancam punah jika perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan. Namun, hanya dalam waktu tiga tahun, pada 2019, hiu tikus berstatus Genting (Endangered) menurut The International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Sejak 2018 Thresher Shark Indonesia bergerak di bidang konservasi laut khususnya dalam penelitian dan pelestarian terhadap hiu tikus yang ada di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Data dari penelitian kemudian menunjukkan area pergerakan hiu tikus yang juga mencakup beberapa perairan lainnya di Indonesia, terutama di Laut Banda.

Berdasarkan hal tersebut, TSI berupaya untuk melakukan penelitian eksploratif mengenai perikanan hiu tikus di Laut Banda dan tingkat ketergantungan masyarakat lokal terhadap hewan laut ini.

“Mengingat spesies ini masuk dalam kategori terancam punah dan kelestariannya perlu dipertahankan dan perlu ada upaya edukasi bagi semua pihak, termasuk anak-anak,” ucap Teria.*

Baca juga: "Whale Shark Center" dan kolaborasi perlindungan ikan hiu paus

Baca juga: Hiu tutul terdampar di pantai selatan Purworejo dikubur


Pewarta: Winda Herman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023