Jakarta (ANTARA News) - Rencana pengalihfungsian Stadion Menteng oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta merupakan penghapusan fakta sejarah, karena stadion yang terletak di Jalan HOS Cokroaminoto, Jakarta Pusat, itu merupakan cagar budaya bagi warga Jakarta dan rakyat Indonesia, kata Sekretaris Umum Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta (Persija), Biner Tobing, di Jakarta, Selasa. "Stadion ini sudah jadi bagian dari bangsa Indonesia, maka tindakan Pemprov untuk menggusur tempat ini menunjukkan bahwa mereka lupa akan sejarah," katanya. Dia juga mengatakan menggusur Stadion Menteng sama dengan menutup Persija yang sejak pertama berdiri tahun 1928 menggunakan stadion itu sebagai sarana untuk membina atlet sepakbola. "Tempat ini adalah tempat bersejarah untuk Persija, karena dari sini banyak lahir pesepakbola handal yang direkrut dalam pembentukan tim nasional Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), contohnya seperti Pak D.I Mawardi," katanya. Dia menjelaskan Persija bersama perserikatan sepakbola lainnya dari Bandung, Surabaya, Madiun, Magelang dan Yogyakarta, merupakan pelopor berdirinya PSSI sebagai induk organisasi sepakbola tanah air pada tanggal 5 April 1930. Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta melalui Walikota Jakarta Pusat telah melayangkan dua surat peringatan kepada pengurus Persija untuk mengosongkan lahan seluas 36.150 meter persegi di wilayah Menteng itu. Rencananya lahan itu akan dialihfungsikan menjadi taman, tempat joging dan futsal sekaligus sebagai lahan parkir. Namun rencana itu ditentang keras oleh pengurus Persija dan warga sekitar, karena rencana pengalihfungsian tersebut dianggap cacat hukum dan diduga mengandung kepentingan komersial di belakangnya. Selain itu, Menteri Pemuda dan Olahraga, Adhyaksa Dault, juga menyesalkan dan mengaku prihatin dengan rencana Pemprov DKI Jakarta itu, mengingat sarana dan prasarana olahraga di DKI Jakarta semakin berkurang dan itu dinilai dapat menghambat pembinaan olahraga bagi pemuda. Sebelum menempati Stadion Menteng, Persija telah melakukan berbagai program pembinaan seperti menggelar kompetisi klub anggota, kompetisi kelompok umur, latihan tim senior dan tim berbagai jenjang usia di Stadion IKADA yang sekarang dikenal sebagai Monumen Nasional (Monas). Kemudian, seiring adanya program pembangunan Monas pada tahun 1958, Stadion Persija di pindahkan ke Stadion Menteng yang diserahkan secara langsung oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno, pada tahun 1960. Pembinaan Olahraga Terancam Biner mengemukakan rencana penggusuran Stadion Menteng akan mengancam pembinaan olahraga yang dilakukan Persija selama ini. Kompetisi antar klub anggota saat ini terpaksa dihentikan sampai situasi kembali kondusif. "Pembinaan olahraga sepakbola, khususnya untuk pembinaan generasi muda, jelas terganggu dan terancam terhenti. Padahal ada sekitar 30 klub yang mengikuti kompetisi yang termasuk di dalamnya klub dari perguruan tinggi, seperti dari Universitas Indonesia (UI), Trisakti, dan Perbanas," katanya. Seorang anggota Persatuan Sepakbola (PS) Mahasiswa, Miftah N Sabri, sebagai perwakilan klub anggota Persija yang mengikuti kompetisi mengatakan masyarakat jangan salah menilai bahwa Persija tidak lagi bermarkas di Stadion Menteng, karena sebelumnya klub Persija yang bermain di liga utama Indonesia telah pindah ke mess Ragunan dan Lebak Bulus. "Persija bukan hanya terdiri dari satu klub yang sekarang ada di Lebak Bulus, tapi Persija adalah suatu perkumpulan. Ada sekitar 4000 anak-anak muda yang bermain di dalam 30 klub mengikuti kompetisi di sini," kata Miftah dari FISIP UI. (*)

Copyright © ANTARA 2006