Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PSSI, Nugraha Besoes, menyesalkan penggusuran Stadion Menteng milik Persija Jakarta Pusat, yang menurutnya punya nilai historis tinggi, bukan saja bagi Jakarta tetapi juga telah menjadi salah satu aset nasional. "Semalam saya melewati stadion itu dan teringat kenangan saat saya bermain di stadion tersebut. Sangat disayangkan, memang, stadion yang telah banyak melahirkan pemain nasional sepakbola Indonesia itu kini tinggal kenangan," kata Nugraha, yang pernah memperkuat Persija Junior pada 1955-1958, di Jakarta, Kamis. Ia juga menyayangkan terjadinya keributan antara pemerintah Kotamadya Jakarta Pusat dan pengurus Persija dalam proses penggusurannya pada Rabu (26/7). "Pemerintah DKI Jakarta kan pengurus Persija juga. Seharusnya tidak perlu ribut-ribut seperti itu," lanjutnya. Namun demikian Nugraha menyadari bahwa pemerintah daerah memang memiliki wewenang untuk mengatur tata kota, terutama dalam era otonomi daerah sekarang ini. Hanya saja, menurut dia, sebaiknya pengaturan tata kota tidak mengorbankan sarana olahraga. "Di semua negara, perkembangan dan kemajuan olahraga itu tergantung dari dukungan pemerintahnya. Lihat saja pemerintah Jerman yang mengeluarkan dana jutaan dollar untuk Piala Dunia," tuturnya. Mengenai cara terbaik untuk penyelesaian masalah tersebut, ia menyatakan harus ada dialog antara pemerintah Jakarta dan pengurus Persija dimana PSSI bisa menjadi mediatornya. Apabila penggusuran tersebut sifatnya sudah final, PSSI berharap agar bisa dibicarakan mengenai lokasi pengganti yang layak, kalau bisa lebih baik dibandingkan Stadion Menteng, dan tentunya terletak di wilayah Jakarta Pusat. "Saya dengar Gubernur Sutiyoso pernah mengatakan stadion Persija dipindah ke Lebak Bulus, tetapi itu kan di wilayah Jakarta Selatan. Persija yang bertanding di Liga Indonesia itu kan milik Jakarta Pusat," katanya. "Namun yang paling penting saat ini adalah kedua belah pihak jangan sampai berseteru dan emosional. Apa jadinya Persija jika pengurusnya terpecah seperti itu," ujar Nugraha.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006