Cianjur (ANTARA News) - Sedikitnya 60 remaja putri (gadis) asal Cianjur diduga menjadi korban trafficking (perdagangan perempuan) dan kini mereka terpaksa bekerja sebagai pemuas nafsu di sejumlah tempat hiburan malam di pulau Batam. Sekretaris Komisi IV DPRD Kabupaten Cianjur Rina Mardiah SH kepada ANTARA, Rabu, mengungkapkan, dari penelusuran ia lakukan ternyata puluhan gadis dan anak baru gede (ABG) asal Cianjur mendominasi sejumlah tempat hiburan tertentu di pulau Batam. "Diantara mereka ternyata mengaku ditipu para broker TKI dan sebagian ada yang secara terang-terangan dijual kepada pemilik diskotik maupun pub untuk dipekerjakan sebagai perempuan pemuas nafsu", katanya. Menurut Rina, dari sejumlah pengakuan korban kepada dirinya, kebanyakan mengaku terpaksa menjalani profesi sebagai pekerja sek karena terlanjur "kotor" dan malu kembali ke Cianjur. Para wanita itu adalah korban trafficking yang dijanjikan bekerja di restoran atau bar. Dikatakan bahwa pihaknya telah berusaha mengajak sebagian dari mereka kembali Cianjur, namun mereka sepertinya mempunyai tekanan moral sehingga memilih bertahan. Menurut Rina, seorang dari mereka sebut saja namanya Gendis (16), mengaku dijual Rp4 juta rupiah oleh sponsor TKW di Cianjur. Saat berangkat, lanjut Rina, Gendis dijanjikan bekerja di Jakarta di salah satu tempat hiburan malam untuk menjadi pramusaji. "Kenyataanya, anak dibawah umur itu malah dijual ke batam", katanya. Kaukus Perempuan Politik Indonesia Kabupaten Cianjur secara terpisah mendesak pemerintah Kabupaten Cianjur menertibkan tempat-tempat hiburan malam, terutama yang berlokasi di Cipanas-Puncak. Berdasarkan hasil penelusuran mereka, tempat-tempat tersebut disinyalir menjadi tempat perdagangan perempuan (trafficking). Koordinator Kaukus Perempuan Politik Indonesia Kabupaten Cianjur Titin Suastini mengakui pihaknya sedang melakukan sosialisasi serta penyuluhan tentang pencegahan praktek penjualan perempuan di beberapa daerah di Kabupaten Cianjur. Selian itu, Titin mengakui bahwa pihaknya juga tengah melakukan penelusuran ke beberapa tempat hiburan malam yang diduga sering digunakan sebagai tempat transaksi trafficking. "Pemerintah dan aparat kepolisian harus proaktif dalam mengungkap kasus seperti ini, karena persoalan trafficking semacam itu tidak hanya persoalan kriminal biasa tetapi menyangkut harga diri sebuah bangsa", kata Titin.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006