Moskow (ANTARA News) - Bintang pop Madonna tetap menampilkan adegan penyaliban dalam konser pertamanya di Moskow, Selasa, dengan menganggap sepi permintaan Gereja Ortodoks Rusia agar menghilangkan bagian tersebut karena adegan itu dianggap sebagai penghujatan. Penyanyi AS berusia 48 tahun itu telah memancing kemarahan berbagai kelompok Kristen di seluruh Eropa, akibat melakukan adegan penyaliban pada tur keliling dunianya yang bertajuk "Confession". Dia tak mengadakan perubahan dalam shownya di depan 50.000 penggemarnya yang diliputi kegembiraan meluap di sebuah stadion Moskow, yang dulunya adalah arena utama bagi Olimpade Moskow pada 1980. Madonna memulai pergelarannya dengan turun dari atap arena dalam bola gemerlap dan balutan busana ala penunggang kuda. Dan kemudian dia mengganti pakaiannya dengan blus merah tua dan tergantung dari salib besar dengan mahkota duri pada kepalanya. Madonna, bekas penganut Katolik Roma yang pertunjukannya telah dikecam Vatican, telah beberapa kali mendapat tuduhan melakukan penghujatan agama dalam sepanjang karirnya. Gereja Ortodoks Rusia menyerukan pemboikotan konsernya dan sejumlah kelompok keagamaan telah melancarkan protes, termasuk mengarak fotonya. Namun seruan boikot dan aksi protes tak menyurutkan semangat para wargakota Moskow, yang telah dilanda keranjingan bintang pop Barat menyusul lawatan sporadis mereka dalam 15 tahun terakhir, untuk tetap menonton aksi panggung Madonna. Tiket pertunjukan dijual di loket resmi dengan harga antara 1.500 rouble dan 10.000 rouble (sekitar Rp3,4 juta). Namun di pasar gelap harganya mencapai 78.000 rouble (kira-kira Rp 27 juta). "Kami tak menentang Madonna. Kami menentang aksi penghujatan dalam konser tersebut," kata Pastor Sergei Zvonoryov, seorang anggota departemen pers Patriarki Moskow. "Penyaliban, salib dan mahkota duri di kepalanya. Semua ini merupakan parodi mengenai penyaliban Kristus," katanya, seperti dilansir Reuters. Konser terakhir di Eropa Polisi menyatakan sekitar 50.000 orang datang berbondong-bondong ke Stadion Luzniki buatan Sovyet untuk menyaksikan konser Madonna. Konser ini sendiri merupakan pergelaran terakhirnya di Eropa. Polisi anti-huruhara dan barisan taruna akademi angkatan darat memantau ribuan penggemar Madonna yang mengalir ke stadion. Sekitar 7.000 polisi dan pasukan keamanan dalam negeri disiagakan di dalam stadion selama berlangsungnya konser, kata beberapa kantor berita Rusia. Sebaliknya, beberapa penggemar Madonna menyampaikan dukungan mereka kepada Madonna yang telah menggunakan simbol keagamaan dalam shownya. "Ini disalahmengertikan. Ini adalah musik pop dan seni modern," kata Igor Antipov, 27 tahun, yang datang dari St Petersburg untuk menonton konser Madonna. Gereja Ortodoks Rusia telah dapat mengisi kevakuman iman sejak runtuhnya komunisme pada 1991 dan telah berhasil mengembangkan pengaruh dan kekuasaannya di negara itu. (*)

Copyright © ANTARA 2006