Semarang, (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian membangun dua unit pendidikan vokasi di wilayah Jawa Tengah, yakni Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tesktil di Solo serta Politeknik Industri Furnitur di kawasan industri Kendal. 

Langkah strategis ini untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) kompeten sesuai dengan kebutuhan sektor manufaktur yang potensial di Jateng.

“Dalam dua tahun terakhir, selain mendorong kerja sama antara industri dengan SMK, kami juga menginvestasikan Rp150 miliar untuk membangun fasilitas pendidikan dan teaching factory di Akom Solo,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Demak, Jawa Tengah, Kamis.

Airlangga menyampaikan, keduanya sudah diresmikan bersama Menteri Singapura untuk Politeknik di Kendal dengan investasi Rp125 miiar.

Menurut Menperin, upaya tersebut merupakan wujud konkret dari komitmen pemerintah dalam memacu industri manufaktur nasional agar lebih berdaya saing global. 

“Apalagi Jawa Tengah memiliki sektor-sektor manufaktur andalan untuk menopang pertumbuhan ekonomi kita,” ujarnya.

Misalnya, industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Sektor padat karya berorientasi ekspor ini mampu menunjukkan pertumbuhan yang gemilang sebesar 8,73 persen pada tahun 2018 atau melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 5,17 persen.

Sepanjang 2018, ekspor TPT nasional diproyeksi mencapai 13,28 miliar dolar AS atau naik 5,6 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Industri TPT juga telah menyerap tenaga kerja sebanyak 3,58 juta orang atau 21,2 persen dari total tenaga kerja di sektor manufaktur.

Airlangga meyakini, adanya perang dagang Amerika Serikat dan China, membuka peluang bagi sektor manufaktur di Indonesia. Contohnya, industri TPT di Jateng dapat meningkatkan kapasitas produksinya guna mengisi pasar ke dua negara tersebut.

Apalagi Indonesia juga akan tanda tangan CEPA dengan Australia di bulan Maret, sehingga dengan demikian potensi ekspor Indonesia untuk produk tekstil, pakaian, dan alas kaki akan semakin tinggi. 

“Sebab, sebelumnya kita dikenakan bea masuk 20 persen. Kalau nanti sudah jadi nol persen, maka lapangan kerja pun akan ikut terbuka seiring pertumbuhan industri terkait,” katanya.

Di samping itu, potensi sektor lainnya di Jateng adalah industri furnitur.

Kemenperin mencatat pada Januari-Oktober 2018, neraca perdagangan produk furnitur nasional surplus sebesar 99,1 juta dolar AS, dengan nilai ekspor menembus hingga 1,4 miliar dolar AS.

Capaian ini mengalami kenaikan 4,83 persen dari periode yang sama di tahun 2017.

Baca juga: Indonesia-Singapura resmikan Politeknik Furnitur Kendal
Baca juga: Kemenperin berencana bangun politeknik industri petrokimia di Banten


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019