Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi Gabungan Bintang Pelopor Demokrasi, Yusron Ihza Mahendra, di Jakarta, Senin, menyatakan Indonesia jangan lagi bersikap "abu-abu" dalam melakukan "deal" apa pun dengan Amerika Serikat. "Bersikap `abu-abu` atau tanpa ada kejelasan sikap di mana kita sebenarnya, hanya menghasilkan sesuatu yang nihil. Jadi tegas saja, apakah `bersama` Amerika Serikat (AS) atau memilih berada di kubu `rival` utamanya kini, yakni Republik Rakyat Cina (RRC)," katanya merespons kunjungan Menteri Pertahanan AS, Robert Gates. Kedatangan pejabat tinggi yang menjadi salah satu kepercayaan Presiden George W Bush ini, menurut Yusron Ihza Mahendra, semakin membuktikan betapa pentingnya posisi Republik Indonesia (RI) di mata AS. "Kita semua mahfum, pasca-perang dingin yang menghadap-hadapkan blok Barat pimpinan AS dengan blok Timur di bawah kendali Uni Sovyet, kemudian Rusia, muncul `rivalitas` baru. Yakni antara AS versus RRC," jelas Yusron Ihza Mahendra. Kendati tidak berujud konflik seperti di era perang dingin, namun AS terus "menggalang" kekuatan internasional agar posisinya tetap eksis sebagai yang nomor wahid (terutama di bidang ekonomi). "Dalam konstelasi `rivalitas` AS versus RRC itulah RI perlu mengambil sikap jelas dan tegas. Kalau tidak, sekali lagi saya pastikan, nihil akan kita dapatkan dari semua yang sedang berlangsung baik ini, termasuk kedatangan Robert Gates," ujar Yusron Ihza Mahendra. Bagi AS, lanjutnya, tentu tak akan dengan sepenuh hati menjalin kekuatan dengan negara yang masih bersikap "abu-abu", demikian pula sebaliknya dengan RRC. Untuk menunjukkan sikap yang jelas, menurut Yusron Ihza Mahendra, para diplomat dan pimpinan pemerintahan RI punya banyak alternatif permainan "vatsoen". "Satu di antaranya, ialah, dengan memainkan `truf` Myanmar. Itu merupakan pintu masuk untuk membuktikan, RI di posisi mana. Kita tahu, RRC berada di balik junta militer Myanmar, sementara AS berkepentingan membangun demokrasi, tetapi embel-embelnya karena Myanmar memang punya deposit gas nomor dua terbesar di dunia, selain kandungan minyak di Teluk Benggala yang juga hebat," ujarnya. Bagi Yusron Ihza Mahendra, "pintu masuk" Myanmar ini sangat efektif dan bersifat strategis bagi RI, apakah segera menempatkan diri berada di pihak RRC atau AS. "Dalam permainan internasional sekarang ini, semuanya kan mesti menghasilkan sesuatu yang berarti bagi kepentingan nasionalnya. Kita jangan selalu jadi sesuatu yang memperoleh hasil nihil," katanya. Terkait dengan upaya memantapkan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) Tentara Nasional Indonesia (TNI), menurut Yusron Ihza Mahendra, "moment" kunjungan Robert Gates serta `pintu masuk` Myanmar, dapat sekaligus dimainkan secara bijak.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008