Jakarta (ANTARA News) - Staf Khusus Presiden Andi Arief menilai respons pemerintah terhadap bencana seperti gempa di Nanggroe Aceh Darussalam sudah lebih baik, karena ada indikasi peningkatan kesiapan dan koordinasi berbagai lembaga pemerintah dalam menangani bencana.

"Kita patut bersyukur bahwa hanya dalam 15 menit setelah gempa, Posko Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (SRCPB) wilayah barat sudah berada dalam keadaan siap untuk melaksanakan instruksi tanggap darurat dari Presiden," katanya di Jakarta, Rabu.

Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana itu merupakan salah satu pejabat pemerintah yang terlibat dalam koordinasi untuk menyiapkan respons terhadap gempa berkekuatan 7.2 skala richter itu.

Menurut Andi, sesaat setelah gempa terjadi, ia menerima laporan dari stafnya yang kemudian diteruskan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Presiden pun langsung memberikan perintah untuk berkoordinasi dengan lembaga-lembaga terkait guna melakukan langkah-langkah tanggap darurat," katanya.

Beberapa lembaga seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) termasuk dalam jejaring koordinasi tersebut.

Andi pun memerintahkan dua stafnya berangkat ke Aceh. Di lapangan,

BMG segera mengeluarkan peringatan potensi tsunami yang kemudian dicabut pada pukul 07.04 WIB.

Berdasar laporan yang diterimanya dari kota Sinabang, kata Andi, aktifitas masyarakat di Pulau Simeulue berangsur pulih pada pukul 07.30 WIB.

Selain kesiapan tanggap darurat yang semakin prima, katanya, sistem peringatan dini yang telah berlangsung di masyarakat juga membantu pemulihan situasi.

"Mereka punya kearifan lokal, yaitu melakukan langkah-langkah tertentu ketika tanda-tanda alam tertentu muncul. Hal semacam itu ternyata merupakan antisipasi untuk menghindarkan dampak yang lebih berat," katanya.(S024)

(T.S024/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010