Mogadishu (ANTARA News) - Presiden Somalia Sheikh Sharif Ahmed mengatakan, Minggu, pasukan keamanannya akan mengalahkan Al-Qaida dan milisi sekutunya di negara Afrika yang dilanda perang itu.

Pernyataan itu disampaikan Ahmed setelah pasukan Somalia membunuh Fazul Abdullah Mohammed, tokoh Al-Qaida Afrika yang paling diburu, pekan ini.

"Kami telah mengatasi Al-Qaida dan Al-Shabaab di Somalia. Mereka lemah dan kini berantakan," kata Ahmed, yang negaranya tanpa pemerintahan pusat yang efektif sejak 1991, demikian Reuters melaporkan.

"Kematian (Mohammed) merupakan kemunduran besar bagi Al-Shabaab dan Al-Qaida... Ia beban besar bagi pemerintah kami dan negara-negara tetangga," kata Ahmed kepada wartawan.

Mohammed memimpin Al-Qaeda di Afrika timur dari pangkalannya di Somalia selatan, dimana ia bersembunyi selama lebih dari sepuluh tahun setelah dituduh memainkan peranan utama dalam serangan 1998 terhadap Kedutaan Besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam, yang menewaskan 240 orang.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, yang sedang mengunjungi ibu kota Tanzania, Dar es Salaam, mengatakan, Al-Qaida terpukul dengan kematian Osama bin Laden, dan menderita pukulan besar lain dengan kematian Mohammed.

Pasukan keamanan membunuh Mohammed pada tengah malam Selasa di sebuah pos pemeriksaan setelah tembak-menembak di ibu kota Somalia, Mogadishu.

Para analis mengatakan, kematian Mohammed itu membuat Al-Qaida dan Al-Shabaab kehilangan pelatih dan operator paling terampil, seorang dalang perencana serangan dan ahli komputer yang memiliki sedikitnya 18 nama alias dan geriyawan yang berbakat dalam penyamaran, pemalsuan dan pembuatan bom.

Al-Shabaab, yang telah mendeklarasikan kesetiaan pada Al-Qaida, mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.

Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.

Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.

Serangan-serangan bom pada 11 Juli itu dilakukan di sebuah restoran dan sebuah tempat minum yang ramai di Kampala ketika orang sedang menyaksikan siaran final Piala Dunia di Afrika Selatan.

Pemimpin Al-Shabaab telah memperingatkan dalam pesan terekam pada Juli bahwa Uganda akan menghadapi pembalasan karena peranannya dalam membantu pemerintah sementara Somalia yang didukung Barat.

Uganda adalah negara pertama yang menempatkan pasukan di Somalia pada awal 2007 untuk misi Uni Afrika yang bertujuan melindungi pemerintah sementara dari Al-Shabaab dan sekutu mereka yang berhaluan keras di negara Tanduk Afrika tersebut.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaida pimpinan almarhum Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
(M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011