Jakarta (ANTARA) - Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) berfokus pada pendanaan guna mengembangkan sistem kesehatan berketahanan dan rendah karbon, dalam proyek global yang didanai oleh Dana Iklim Hijau (GCF) bersama 17 negara, termasuk Republik Indonesia.

Perwakilan tetap UNDP Indonesia Sujala Pant di Jakarta, Senin, mengatakan dalam menyusun tantangan dampak perubahan iklim terhadap sektor kesehatan di Indonesia, ada beberapa dimensi yang perlu ditinjau.

"Dan pendanaan yang dibutuhkan untuk memungkinkan perubahan menuju sistem kesehatan rendah karbon, sistem kesehatan yang berketahanan, adalah fokus dan perhatian saat kita memulai proyek ini," ujar Sujala.

Sujala mengatakan pihaknya bersama WHO dan Kementerian Kesehatan berdiskusi untuk mengidentifikasi bersama apa yang diperlukan untuk membuka pembiayaan tersebut, di mana upaya dan pembiayaan harus difokuskan agar responsif terhadap kebutuhan di Indonesia.

"Karena kita ingin sangat tanggap terhadap prioritas dan bagaimana prioritas tersebut ditentukan oleh pemangku kepentingan yang paling mengetahui hal tersebut," ujar dia.

Sujat menyebut tantangan saat ini sektor pelayanan kesehatan merupakan salah satu sektor dalam perekonomian yang sebenarnya berfokus pada kesejahteraan individu dan masyarakat.

Namun dalam sebuah studi global ditemukan bahwa lebih dari 4,4 persen emisi bersih gas rumah kaca global sebenarnya berasal dari sektor kesehatan.

Sebagian besar dari hal tersebut terkait dengan penggunaan sumber energi tradisional berbasis bahan bakar fosil di seluruh operasional fasilitas, rantai pasokan, dan ekosistem yang lebih luas di sektor kesehatan.

Kedua, sistem kesehatan juga sangat berisiko akibat dampak perubahan iklim.

Banjir atau tanah longsor sering kali dapat merusak infrastruktur, khususnya di wilayah terpencil. Hal ini benar-benar berdampak buruk terhadap kelangsungan penyediaan layanan kesehatan, lebih berdampak pada kelompok marginal dibandingkan kelompok lainnya, lanjutnya.

Menurutnya, hal tersebut merupakan tambahan dari kendala dasar yang terjadi, bahkan tanpa adanya perubahan iklim. Namun, perubahan iklim akan memperburuk keadaan.

Dalam konteks tersebut, Sujat mengatakan UNDP memiliki portofolio program iklim yang paling besar, dengan dukungan terhadap aksi iklim di hampir 150 negara berkembang.

Dalam portofolio besar tersebut, mencakup segala hal mulai dari konservasi hutan yang berkontribusi terhadap peningkatan penyerap karbon, pengelolaan limbah, termasuk limbah medis, pengurangan penggunaan bahan kimia berbahaya, dan transisi ke energi yang lebih bersih dan terbarukan.

Sejalan dengan hal tersebut, 72 persen dari programnya di Indonesia juga berfokus pada ketahanan perubahan iklim dan bencana alam.

Baca juga: Emisi CO2 penggunaan energi global catat rekor tertinggi pada 2023
Baca juga: Pemanasan global dan perubahan iklim diperkirakan berlanjut

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024