Jepang telah melakukan transformasi teknologi dalam industri nasional,"
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang Rachmat Gobel mengatakan Jepang sebagai salah satu investor utama di Indonesia telah memberikan nilai tambah tidak hanya bagi perekonomian nasional, namun juga dalam alih teknologi yang bisa dilihat dari pengembangan sumber daya manusia di tempat mereka melakukan investasi, terutama di sektor industri.

"Jepang telah melakukan transformasi teknologi dalam industri nasional," ujarnya pada seminar tentang Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan Monozukuri di Jakarta, Kamis.

Namun alih teknologi yang dilakukan Jepang, kata dia, lebih pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia untuk menguasai teknologi yang mereka bawa dalam produk yang  diproduksi di Indonesia.  

"Selama ini pemahaman tentang transfer teknologi dalam industri nasional  banyak yang belum sesuai, sehingga akhirnya tidak meningkatkan kualitas SDM kita," ujar mantan Menteri Perdagangan  itu.

Menurut Rachmat, alih teknologi bukan hanya bicara bagaimana menciptakan barang yang berkualitas, tetapi juga bagaimana si manusianya mampu memahami tentang teknologi tersebut. Ada proses  dan tahapan yang harus dilewati untuk bisa disebut sebagai alih teknologi.  Pertama, lanjut dia, adalah transfer of job (pekerjaan), transfer of know how (mengerti), dan kemudian terjadilah transfer teknologi.

Ia menjelaskan dalam membangun industri dan membuat barang atau produk, Jepang menganut prinsip Monozukuri. Monozukuri berasal dari kata  "mono" yang artinya produk atau barang dan "zukuri" yang berarti proses pembuatan, penciptaan, atau produksi.

"Konsep itu (monozukuri) memiliki implikasi yang jauh lebih luas daripada arti harfiahnya. Dalam Monozukuri ada semangat kreatif untuk menghasilkan produk unggul serta kemampuan untuk  terus menyempurnakan proses," ujar lulusan Chuo University, Tokyo, Jepang itu. Hal itu yang membuat Jepang juga unggul dalam menciptakan produk yang sangat baik, salah satunya kendaraan  yang diproduksi Toyota di Indonesia.

Melalui TMMIN, lanjut dia, Toyota telah melakukan transformasi teknologi. Saat ini, TMMIN telah memiliki empat pabrik manufaktur otomotif di kawasan Sunter dan Karawang yang memproduksi  kendaraan utuh, kendaraan terurai, mesin bensin, dan komponen otomotif bermerek Toyota untuk pasar domestik dan ekspor. TMMIN juga sedang mempersiapkan satu pabrik mesin baru di Karawang  yang rencananya akan diresmikan pada awal tahun 2016.

Dengan kapasitas produksi 250.000 unit per tahun, TMMIN memproduksi enam model mobil Toyota yaitu Kijang Innova (MPV), Fortuner (SUV), Vios dan Limo (sedan), serta Yaris dan Etios Valco  (hatchback). "TMMIN mempekerjakan lebih dari 9.000 karyawan, sehingga patut menjadi salah satu sumber percontohan kegiatan pengembangan SDM di manufaktur," katanya.

Sementara itu Presdir TMMIN Masahiro Nonami mengatakan Toyota selalu mengembangkan anggota tim sebelum mengembangkan produk. Kebijakan ini telah menjadi fondasi bagi pembangunan berkelanjutan sumber daya manusia di TMMIN dan juga ditularkan kepada para pemasok lokalnya.

"Kami melakukan beragam kegiatan pelatihan yang terbuka bagi seluruh karyawan," katanya. Kegiatan-kegiatan tersebut didukung oleh pusat-pusat pelatihan bernama Toyota Learning Center (TLC)  yang terdapat pada setiap TMMIN.

Salah satu program andalan TMMIN dalam membangun SDM adalah Quality Control Circle (QCC) yang terbuka untuk semua karyawan. QCC yang merupakan perwujudan dari nilai Toyota Way  mengembangkan sikap rasa hormat yang dicontohkan dengan pembentukan kerjasama yang baik dan menghormati keunikan setiap individu, serta melakukan tidak kenal lelah melakukan perbaikan dan  fokus pada proses peningkatan diri.

"Dari QCC, Toyota Indonesia mengembangkan karyawan yang inovatif, terampil, dan memiliki pemikiran kritis serta semangat terus bergerak maju," katanya.

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015