Kalau untuk mengganti nama klub butuh proses panjang."
Jakarta (ANTARA) - Senior Manajer Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Budi Darmawan, mengatakan Perkumpulan Bulu tangkis (PB) Djarum merupakan wadah pembibitan bagi atlet bulutangkis dan tidak ada kaitan dengan program pemasaran rokok.

"Paling mudah membedakan, silakan datang ke warung atau mini market, cari rokok namanya Djarum Badminton Club. Pasti tidak ada, karena ini adalah klub yang didirikan owner Djarum," kata Budi melalui sambungan telepon kepada Antara di Jakarta, Jumat sore.

Pernyataan itu merespons desakan yang disampaikan Yayasan Lentera Anak dan Smoke Free Bandung untuk penghentian audisi bulutangkis yang disponsori industri rokok yang melibatkan anak-anak. Alasannya, penyelenggara memanfaatkan tubuh anak untuk mempromosikan produk rokok melalui kaos bertuliskan merek rokok.

Budi mengatakan PB Djarum lahir pada 1969. Saat itu karyawan Djarum dalam waktu senggang berolahraga badminton yang berkembang sampai sekarang.

Selama 50 tahun mengabdi pada proses atlet bulutangkis, kata Budi, PB Djarum Badminton Club telah melahirkan 28 atlet yang melegenda. Di antaranya Liem Swie King, Yuni Kartika, Christian Hadinata, Hariyanto Arbi, Hastomo Arbi.

"Yang tampil sekarang ada Muhammad Ahsan, Kevin Sanjaya dan sebagainya. Kita justru ingin menjadikan Indonesia terus menjadi negara besar di bulutangkis," katanya.

Baca juga: Audisi beasiswa PB Djarum fokus U-11 dan U-13

Pada 2019, kata Budi, pihaknya tengah fokus mengembangkan bakat dan kemampuan bulutangkis dari 200-an bibit atlet dari wilayah Sabang hingga Manado.

"Ada dua arena latihan, di Kudus sebagai pengembangan talenta atlet single dan di Jakarta khusus untuk dobel, " katanya.

Budi memastikan bahwa sumber pendanaan bagi operasional PB Djarum Badminton berasal dari sumbangan Dana Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (CSR) dari berbagai perusahaan di luar Djarum.

"Bukan dari hasil keuntungan rokok yang kemudian kita gelontorkan ke pembibitan atlet. Selama ini kita siapin asrama, setiap hari diberikan nutrisi, pelatihan, diberangkatkan turnamen dalam dan luar negeri setahun bisa lima sampai enam kali," katanya.

Budi menyebut kisaran dana yang digelontorkan melalui CSR sejumlah perusahaan berkisar miliaran rupiah per tahun.

Terkait dengan kritik nama Djarum yang melekat pada jersey atlet anak, Budi menyebut terjadi kekeliruan persepsi.

"Komunitas hanya lihat nama Djarum saja, tapi di jersey ada satu kesatuan dengan Badminton Club," ujarnya.

Dikatakan Budi hingga saat ini belum ada rencana pihaknya mengganti nama PB Djarum Badminton Club, namun khusus desain jersey bisa berubah setiap saat.

"Kalau untuk mengganti nama klub butuh proses panjang. Yang namanya atlet kalau berlatih pakai jersey, maka PB Djarum Badminton Club namanya. Bukan berdiri sendiri, ini bukan kegiatan marketing, ini untuk seleksi atlet," katanya.

Budi menambahkan, Indonesia butuh regenarasi atlet sehubungan dengan pengembangan SDM atlet bulu tangkis.

"PB Djarum Badminton Club melihat pentingnya melakukan pembibitan dan pembinaan sejak awal, karena yang kita masukan atlet terpilih yang punya bakat dan keinginan kuat," katanya.

Baca juga: Air mata King jadi inspirasi PB Djarum untuk berkembang

Baca juga: 50 tahun PB Djarum ajang temu kangen para legenda

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2019